Kamis, 21 Maret 2019

PROSES MUNCULNYA KERAJAAN DI BALI



Hasil gambar untuk KERAJAAN DI BALIData arkeologis menunjukkan bahwa masyarakat Bali tampaknya sudah cukup Kompleks sebelum munculnya Kerajaan Hindu.
di daerah ini., Sistem penguburan pada akhir masa prasejarah di Bali menunjukkan bahwa yang dikubur dengan menggunakan wadah, seperti nekara, sarkafogus atau tempayan, mungkin mempunyai kedudukan yang berbeda dengan mereka yang dikubur tanpa wadah. Perbedaan ukuran atau bentuk sarkofagus yang digunakan sebagai wadah, mungkin juga menunjukkan perbedaan sosial yang ada pada masyarakat Bali pada waktu itu.
Temuan gerabah India dengan pola hias rolet dan sejumlah manik-manik dari kaca atau Carnelian pada situs arkeologi di Bali, mencerminkan bahwa Bali telah terlibat dalam perdagangan dengan dunia luar.

Hasil gambar untuk PROSES MUNCULNYA  KERAJAAN DI BALIDisamping itu peradaban pekerjaan logam pada masa prasejarah di Bali tidak ada bahan baku logam, yakni timah dan tembaga. Hal ini memperkuat dugaan bahwa Bali telah ikut dalam perdagangan antar pulau Pada masa itu. Bahan baku logam seperti timah, dan tembaga mungkin kita datangkan dari daerah lain di Nusantara. atau dari daerah lain di kawasan Asia Tenggara data arkeologi juga menunjukkan, bahwa hubungan daerah pesisir dan pedalaman pada akhir masa prasejarah di Bali, tampaknya cukup intensif.

Hal ini terlihat dari barang temuan arkeologis berupa manik-manik dari kaca dan kemuliaan dan artefak logam dengan sarkofagus yang ditemukan di daerah pedalaman menunjukkan persamaan dengan artepak sejenis  di daerah pesisir, akan tetapi tampaknya perdagangan jarak jauh bukanlah, satu-satunya faktor yang mendorong munculnya Kerajaan Hindu di Bali.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat Bali pada masa aktif prasejarah tampaknya Cukup Makmur. Sistem penguburan mayat dengan sarkofagus dan jumlah bekal kubur yang disertakan memerlukan biaya yang cukup besar. tambahannya lagi, temuan nekara Pejeng yang merupakan nekara terbesar yang telah ditemukan selama ini di Asia Tenggara. mencerminkan, keadaan masyarakat Bali Pada masa itu, tampaknya cukup Makmur. Perekonomian masyarakat Bali pada waktu itu sangat mungkin bertumpu pada pertanian.

Hasil gambar untuk PROSES MUNCULNYA  KERAJAAN DI BALI
PENINGGALAN KERAJAAN DI BALI
Perlu dicatat bahwa sebaran sarkafogus di Bali, sebagian besar ini, terletak daerah persawahan yang cukup subur. Bukti-bukti arkeologis di Bali Utara, situs (pacung)  menunjukkan, bahwa padi telah dibudidayakan pada awal abad Masehi.

Prasasti Klungkung A
yang berasal dari tahun 1072, memuat ungkapan sawah kadandani kasuwan Rawas. kata kasualan mengingatkan kita pada kata Subak saat ini, di Bali. Yakni suatu organisasi dalam bidang pengairan. Jika kata kasualan itu mempunyai arti yang sama dengan pengertian Subak, maka ungkapan dalam prasasti tersebut, mengandung arti sawah kekuasaan danda yang terletak di Subak Rawas.

Hal ini menunjukkan bahwa organisasi Subak, telah ada di Bali setidaknya pada abad 11. Informasi yang menarik mengenai air tertulis dalam prasasti manukaya yang berangka tahun 960. Dalam prasasti itu, terdapat informasi bahwa Raja Chandra Bhayang singha warmadewa. memperbaiki tanggul pada sumber mata air di Tirta Empul, yang setiap tahun dilanda oleh banjir.
Pertanyaan yang timbul, Mengapa Raja Chandra Bhayan singha sangat berkepentingan, terhadap perbaikan tanggul tersebut.

Apakah kegiatan itu dilakukan untuk kepentingan agama, atau irigasi.? Hal ini masih belum jelas. Namun perlu diingat bahwa mata air yang berasal dari Tirta Empul, kini digunakan untuk kepentingan irigasi Subak kumba, dan pulau yang terletak di desa Pejeng.
Kedua prasasti tersebut di atas berasal dari abad 10 - 11 dan bali pada waktu itu, merupakan sebuah kerajaan atau negara yang diperintah oleh dinasti warmadewa.

Hasil gambar untuk PROSES MUNCULNYA  KERAJAAN DI BALI
Para ahli juga berpendapat bahwa ideologi memegang faktor penting dalam  organisasi sosial politik. Semakin Kompleks perkembangan dari suatu masyarakat, maka pada saat yang bersamaan, diperlukan pula ideologi atau suatu konsep etika yang dapat memberi arah dan mengatur segala perilaku masyarakat untuk mencapai tujuan.

Studi kasus di Sri Lanka menunjukkan, bahwa ideologi telah Dapat mengikat atau menjalin persatuan masyarakat.

 Fenomena yang sama mungkin terjadi juga di Bali pada awal munculnya Kerajaan. Penerapan konsep dewaRaja di Asia Tenggara, dapat dipandang sebagai suatu refleksi dari pentingnya ideologi dalam proses terbentuknya negara.

 Keterangan yang berkenaan dengan nama tokoh atau raja yang tersirat dalam prasasti Bali kuno, cukup menarik untuk dikemukakan.

 Nama-nama raja Bali kuno, yang tersurat dalam prasasti yang berasal dari tahun 882- 1011 sebagian besar, menggunakan gelar ratu. Dalam kurun waktu 129 tahun, ada tuju orang Raja (kesari warmmadewa, Ugrasena, tabanendra marwadewa, Jaya singha marwadewa, Jayasadu marwadewa, Wijaya Mahadewi, dan Udayana) yang disebutkan dan 2 diantaranya tidak menggunakan gelar Ratu, yakni kesari warmadewa, dan Wijaya Mahadewi.

Titel atau gelar Ratu adalah kata Indonesia asli yang menurut damais, setara artinya dengan kata Sansekerta Sri Maharaja. Kata Ratu, mungkin sama artinya dengan Datu yang digunakan dalam prasasti telaga batu di Sriwijaya.

Gambar terkait Yang artinya kepala suku. Kesari menggunakan gelar Adipatih dalam Prasasti Blanjong, kata Sansekerta yang artinya Raja Agung.  RajaSriwijaya Mahadewi adalah raja pertama di Bali yang menggunakan gelar Sri Maharaja. yakni sebuah frasa dalam bahasa Sansekerta yang artinya Raja besar atau Agung. penggunaan titel atau gelar Ratu oleh raja raja Bali kuno mungkin merefleksikan unsur-unsur kebudayaan Indonesia asli, yang masih ada pada saat munculnya Kerajaan Bali yang bernuansa Hindu Budha.

Studi kasus di Bali menunjukkan bahwa munculnya suatu negara atau kerajaan tampaknya disebabkan oleh berbagai Faktor atau Kausa. Faktor dari luar masyarakat tidak dapat diingkari, demikian pula halnya dengan perkembangan internal dari masyarakat Bali sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar