Minggu, 03 Maret 2019

ETNIK PENGHUNI JAWA.


pithecanthropus erectus, yang disusul temuan homo mojokertensis,  meganthropus palio javanicu, homo soloensis
dan homo wajakensis menunjuk rentangan waktu antara  1.000.000- 12000 tahun yang silam Nusantara sudah dihuni manusia. Menurut kajian Hary Widianto, dalam mata rantai itu masih putus, keberadaan homo sapiens sebagai manusia modern yang serentak muncul di bumi sekitar Rp40. 000 tahun yang lalu.

Sangat berbeda susunan morfologinya dengan Homo Erectus. berdasarkan perbedaan morfologi Homo sapiens yang hidup 40000 tahun lalu dengan Homo erectus yang hidup antara Rp300.000 sampai Rp200.000 tahun lalu, disimpulkan bahwa homo sapiens bukanlah perkembangan evolusi dari Homo Erectus.

Menurut data lembaga Eijkman, homo Erectus yang hidup di Pulau Jawa antara satu juta sampai 100 tahun yang lalu telah punah.
Yang kemudian menghuni kepulauan nusantara adalah Homo Erectus asal Afrika yang datang sekitar 70000 sampai 60000 tahun lalu. dan homo sapien asal Asia yang datang sekitar 50000 sampai 40000 tahun lalu. keturunan Homo Erectus asal Afrika ini belakangan disebut ras Melanesia. Sementara itu, keturunan Homo sapiens yang asal Asia, belakangan ini disebut ras Austronesia.

Ras Melanesia yang tersebar dalam berbagai varian suku-suku, sejak 70000 tahun SM sudah menghuni Papua. Nugini, Australia, dan pulau-pulau di Pasifik seperti Bismarck, Solomon, new caledonia, dan fiji. Pada masa lampau, nenek moyang suku suku Melanesia menghuni pulau Jawa, yang ras proto Melayu Melanesia yang disebut homo wajakensis. Akibat mengalami pembauran dengan pendatang-pendatang baru yang terus mendesak wilayah hunian keturunan ras purba ini, sebagian mengungsi ke arah timur dan sebagian yang lain membaur dengan ras pendatang baru hingga identitas Melanesia mereka hilang.

Sementara itu, mereka yang mengungsi ke timur dan belum sempat mencapai Papua, terkejar east Drift ras Austronesia (Melayu) dan dicampur kawin. Keturunan mereka yang berdarah campuran Melanesia Austronesia Melayu inilah yang menghuni pulau pulau di Nusa Tenggara Timur, Timor Leste, dan Maluku. Demikianlah dalam kajian antropologi ragawi dan etnologi diketahui bahwa kepulauan nusantara secara umum dihuni oleh populasi 2 ras utama ras Austronesia dan ras Melanesia yang sebagian melakukan asimilasi menjadi ras australoid Melanesia yang diperkirakan berkembang sekitar 10000 tahun yang lalu.

Menurut Peter bellwood dalam free History of the Indo Malaysian Archipelago, ras australoid Melanesia purba sudah tinggal di kepulauan Indonesia Malaysia. Mereka dapat dikatakan sebagai "saudara sepupu" dari populasi yang diturunkan oleh kelompok yang telah menetap di Australia dan Nugini sekitar 50000 tahun lalu.
Sebenarnya, wilayah luas dari Cina bagian selatan sampai daratan Sunda ditinggali oleh suatu populasi yang ciri-cirinya berbeda secara bernuansa.
Zona  itu merupakan wilayah terjadinya perubahan bertahap Secara geografis dalam frekuensi sifat-sifat genetik antara australoid cenderung kuat di ( Selatan) dan mongoloid( cenderung kuat di utara). Karena itu, manusia yang hidup di situ harus dianggap sebagai satu populasi, bukan dua populasi yang terpisah.

Namun demikian, karena mereka hidup tersebar di Suna garis lintang yang cukup luas, ada peluang terjadinya seleksi alam di masing-masing tempat sehingga menghasilkan populasi populasi yang berbeda.

Ras australoid yang juga hidup di mongoloid Selatan berkembang lebih cepat dengan penyebaran lebih luas dibanding ras Melanesia. Bahkan, Akibat penyebaran ras australoid atau mongoloid Selatan yang luas, ras Melanesia terdesak hampir di semua pulau dan hanya menyisakan sedikit kelompok seperti orang negrito di Taiwan, Malaysia, Filipina, adaman, Polinesia, Hokkaido, Papua, dan pulau-pulau sekitarnya.
 
Populasi-populasi Melanesia yang terpisah dari kelompok yang menghuni Australia dan Nugini, secara terus-menerus mengalami evolusi menjadi kelompok yang beragam, dan mengalami perubahan perubahan tertentu, yaitu semakin mungil wajah dan tengkoraknya. Hal itu terjadi bersamaan dengan proses yang sama pada populasi populasi Asia Tenggara Daratan. Sebagian perubahan itu terjadi akibat adanya aliran gen dari kala Pleistosen dari populasi yang berasal dari utara (leluhur mongoloid) yang didukung proses tekanan seleksi setempat. Yang pasti, kelompok-kelompok ini, secara fenotipe tetap digolongkan sebagai ras australoid Melanesia.

Terjadinya perkawinan antara ras australoid dan mongoloid Selatan dengan ras Melanesia, yang melahirkan ras baru australo-melanesi, dan yang- telah menunjukkan terjadinya perubahan fisik mereka. Tanda-tanda Melanesia berupa kulit gelap dan rambut keriting pekat telah pudar. Demikian juga tanda-tanda Australia atau mongoloid Selatan yang ditandai kulit kuning, rambut lurus, gigi kecil, dan mata sipit telah pudar, melebur
menjadi ras baru yang disebut Australia Melanesia yang menyebar di asia Tenggara, yaitu ras yang kemudian disebut Proto Melayu. Mengikuti perkembangan ras proto Melayu adalah lahirnya ras deutro melayu, yaitu ras mongoloid dengan beberapa ciri australo- Melanesia, yang menggunakan bahasa Austronesia( digunakan sekitar 2500 sampai 510 sebelum Masehi) dan merupakan perkembangan dari bahasa proto Austronesia digunakan sekitar( 4 ribu sampai 3000 sebelum masehi). Ras proto Melayu, Deutro Melayu dan Melanesoid inilah yang sampai saat ini menjadi penghuni utama kepulauan Nusantara.

CIRI- CIRI RAS MONGOLOID

Ciri-ciri ras mongoloid yang terdapat pada ras australo-melanesoid tampak pada fisiologi bayi-bayi ras campuran ini.

Bagian pantatnya terdapat bercak biru, yang kalau sudah dewasa bercak tersebut akan hilang sendiri. Hanya ras mongoloid saja yang memiliki ciri khusus bercak biru pada pantat bayi.

Dalam perkembangan ilmu antropologi ragawi, melalui penelitian yang dilakukan C. G. H. Turner dan D.R. Swindler - terutama dalam identifikasi fenotipe gigi dan tengkorak dengan berbagai perubahan evolutif nya- disimpulkan bahwa ras australoid atau mongoloid Selatan dengan ras Melanesia sebenarnya memiliki luhur yang sama, yang pada masa pleistosen akhir, leluhur dua ras tersebut menghuni Asia Tenggara. Daerah Asia Tenggara yang dianggap menjadi asal usul huruf suku-suku purba penghuni Nusantara, meliputi kawasan campa, (Vietnam) TelukTonkin, dan Yunnan di Tiongkok Barat Daya.

Demikianlah, ras australoid atau mongoloid Selatan yang berbaur dengan ras Melanesia, yang memiliki Luhur sama menjadi ras baru dan disebut Australia Melanesia, yang berkembang bersama ras australoid dan mongoloid Selatan, kemudian terbagi atas ras proto melayu dan ras deutro melayu.


Dalam kajian antropologi raga wi, Bangsa Nusantara memiliki sejarah yang sangat panjang. Eugene dubois, penemu fosil manusia purba yang disebut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar