Rabu, 27 Juni 2018

DINASTI FATIMIYAH.



Dinasti ini mengambil namanya dari Fatimah Az Zahra Putri
Rasulullah Shallallahu Alaihi Salam. karena para khalifah fatimiyah mengembalikan asal-usul mereka kepada Ali Bin Abi Thalib dan Fatimah binti Muhammad Rasulullah Shallallahu salam. Munculnya gerakan fatimiyah, yang di Afrika Utara mencapai kekuasaan di bawah pimpinan Ubaidillah Al Mahdi, berakar pada sektor Syiah Ismailiyah, yang doktrin-doktrinnya berdimensi politik, agama, filsafat dan sosial.


Para pengikutnya mengharapkan kemunculan Al Mahdi, mereka mengaku sebagai keturunan Nabi Shallallahu Alaihi Salam melalui Ali dan Fatimah, melalui garis Ismail Putra Ja'far as-sadiq. Namun musuh-musuh dinasti Fatimiyah menolak, bahwa asal-usul mereka disebut adalah dari Ali. Bahkan menuduh mereka Sebagai penipu, dan sesuai dengan kebiasaan Arab kuno untuk memberi asal-usul Yahudi pada orang yang mereka benci.

Ubaidillah dituduh sebagai keturunan orang Yahudi sampai sekarang pun asal-usul mereka tersebut masih belum diketahui kepastiannya. Berdirinya dinasti Fatimiyah bermula dari masa menjelang akhir abad ke-10. Bilamana kekuasaan dinasti Abbasiyah di Baghdad mulai melemah dan daerah kekuasaannya yang luas tidak berkoordinasi kan lagi.

Kondisi seperti ini telah membuka peluang bagi kemunculan Dinasti Dinasti kecil, di daerah-daerah,terutama yang gubernur dan sultannya memiliki tentara sendiri. Kondisi Abbasiyah ini, juga telah menyulut timbulnya pemberontakan dari kelompok-kelompok yang selama ini merasa tertindas. Serta membuka kesempatan bagi kelompok syiah, khawarij, dan kaum mawali untuk melakukan kegiatan politik di Afrika Utara.

Kelompok syiah Ismailiyah mengkonsolidasikan gerakannya dan pada tahun 992 Ubaidillah Al Mahdi memproklamasikan berdirinya Khilafah Fatimiyah yang terlepas dari kekuasaan Abbasiyah.

yang memulai memperkuat dan mengkonsolidasikan Kilafah nya di Tunisia dengan bantuan Abdullah Asy Syi'i,seorang Ismaliayah  yang sangat berperan dalam mendirikan Daulah Fatimiyah di Tunis.

Waktu itu muncul juga perlawanan-perlawanan terhadap Kilafah ini, dari kelompok kelompok pendukung Abbasiyah, kelompok yang berafiliasi ke Dinasti Umayyah di Andalusia maupun kelompok khawarij dan Barbar.

Setelah basis kekuasaan di Tunis kuat, Khilafah Fatimiyah di bawah al Mu'is, Kholifah keempat dengan panglimanya Jauhar Al Khatib as singkili, dapat menguasai Mesir pada tahun 969 ia mendirikan Kota Baru yang disebut Al Qohiroh (Cairo). Yang berarti kota kemenangan dan kemudian menjadikannya sebagai ibukota Khilafah Fatimiyah pada masa-masa selanjutnya.

Pada periode Mesir ini, Dinasti Fatimiyah mencapai puncaknya, terutama pada masa kepemimpinan Al muiz Al Aziz dan al-Hakim. Puncaknya adalah pada masa Al Aziz istananya bisa menampung 30.000 tamu Masjidnya sangat megah, perhubungan sangat lancar dan keamanan terjamin perekonomian dibangun baik sektor pertanian perdagangan maupun industri Sesuai dengan perkembangan teknologi pada masa itu.

Di bidang kebudayaan dinasti ini juga mencapai kemajuan pesat terutama setelah didirikannya masjid al-azhar yang sekarang dikenal dengan jamiat Al Azhar (Universitas Al Azhar) yang berfungsi sebagai pusat kajian Islam dan pusat pengembangan ilmu pengetahuan bahkan selanjutnya masjid al-Azhar ini telah dimanfaatkan baik oleh kelompok syiah maupun kelompok Sunni.


Dinasti Fatimiyah dapat maju antara lain karena militernya kuat, administrasi pemerintahan yang baik, ilmu pengetahuan berkembang, dan ekonominya stabil. Namun Fatimiyah kurang berhasil di bidang politik dalam dan luar negeri.Terutama ketika menghadapi kelompok Nasrani dan sunni yang sudah lebih dahulu mapan di Mesir.

Sesudah berakhirnya masa pemerintahan Al Aziz pamor dinasti Fatimiyah menurun karena banyak Khalifah yang diangkat pada usia yang masih sangat belia. Sehingga di samping mereka hanya menjadi boneka para Wasir juga timbul konflik kepentingan di kalangan pejabat istana dan di kalangan militer antara unsur Barbar,Turki, Bani Hamdan, dan Sudan.

Terlebih-lebih lagi karena  para penguasa itu selalu tenggelam dalam kehidupan yang mewah dan adanya pemaksaan ideologi Syiah kepada rakyat yang mayoritas Sunni.

Dalam kondisi Khilafah yang sedang lemah, konflik kepentingan yang berkepanjangan di antara pejabat dan militer dan ketidakpuasan rakyat atas kebijaksanaan pemerintah, muncul bayang-bayang serbuan tentara salib. Merasa tidak sanggup menghadapi tentara salib khalifah Az zafir melalui Wasirnya Ibnu shalar minta bantuan kepada Nuruddin az zanki penguasa Suriah di bawah kekuasaan Baghdad. Nuruddin Az Zanki mengirim pasukannya ke Mesir dibawah Panglima Syirkuh dan Salahuddin Yusuf Al Ayyubi yang kemudian berhasil membendung invasi tentara salib ke Mesir.

Namun dalam perkembangan selanjutnya dalam tubuh Dinasti Fatimiyah masih juga terjadi persaingan perebutan posisi Wasir. dalam persaingan ini bahkan ada yang mengundang kembali tentara tentara Prancis (salib) untuk dijadikan backing. Maka pada tahun 1167 pasukan Nuruddin zanki kembali memasuki Mesir di bawah pimpinan sirkuh dan Shalahuddin. Kedatangan mereka kali ini tidak hanya membantu melawan kaum salib tetapi juga untuk menguasai Mesir. Daripada Mesir dikuasai tentara salib lebih baik mereka sendiri yang menguasainya. Apalagi Perdana Menteri Mesir pada waktu itu syawar, telah melakukan penghianatan. Akhirnya mereka berhasil mengalahkan tentara salib sekaligus juga menguasai Mesir.

Semenjak itu kedudukan Shalahudin di Mesir semakin mantap. Ia mendapat dukungan dari masyarakat setempat yang mayoritas sunni. Kesempatan ini, yang juga bertepatan dengan sakitnya al-Adid, oleh Nuruddin dipergunakan untuk menghidupkan kembali Khilafah Abbasiyah di Mesir.
Maka pada tahun 1171 berakhirlah riwayat Dinasti Fatimiyah di Mesir yang telah bertahan selama 262 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar