Minggu, 15 September 2024

Petani Cemas, Lahan Subur Nganjuk Beralih Jadi Industri?

 Anjul Ladang —

Tanah pertanian di Kabupaten Nganjuk, terutama di daerah utara, semakin banyak yang berubah menjadi kawasan industri. Para petani di wilayah ini mulai merasa cemas dan khawatir dengan keberlangsungan pertanian yang sudah menjadi mata pencaharian mereka selama bertahun-tahun.

Desa Nglaban di Kecamatan Loceret, misalnya, dikenal memiliki tanah yang sangat subur. Hampir semua tanaman bisa tumbuh dengan baik di sini, mulai dari padi, brambang, lombok, kedelai, hingga sayuran. Keadaan yang sama juga bisa dilihat di wilayah lain di Nganjuk, di mana hamparan sawah dan ladang menjadi pemandangan sehari-hari. Namun, dengan munculnya industri dan pabrik yang mulai menguasai lahan pertanian, banyak yang khawatir bahwa produktivitas tanah akan menurun dan ekosistem pertanian bisa rusak.

"Saat ini, di Desa Nglaban memang belum ada pabrik besar, tapi sawah-sawah mulai dialihfungsikan menjadi peternakan. Kami khawatir, jika ini dibiarkan, lahan pertanian di desa kami akan terus menyusut," ujar salah satu petani setempat yang tak ingin disebutkan namanya.

Kondisi yang lebih mengkhawatirkan terlihat di daerah utara Nganjuk. Banyak

lahan subur yang dulunya menghasilkan berbagai komoditas pertanian kini telah disulap menjadi kawasan industri. Pabrik-pabrik berdiri di atas tanah yang dulunya menjadi tempat para petani menggantungkan hidup.

Para petani merasa pemerintah daerah kurang memperhatikan dampak jangka panjang dari pengalihan fungsi lahan ini. "Harusnya, tanah subur seperti ini bisa dimanfaatkan lebih maksimal untuk pertanian, bukan untuk bangun pabrik. Kalau tanah subur diubah jadi industri, bagaimana nasib kami petani?" keluh salah satu petani dari wilayah tersebut.


Beberapa pihak beranggapan bahwa modernisasi dan pembangunan industri memang penting untuk kemajuan daerah. Namun, petani dan masyarakat lokal menilai, seharusnya pemerintah bisa lebih bijak dalam menjaga keseimbangan antara industri dan pertanian. Mereka juga mengkritisi kebijakan bupati sebelumnya yang dianggap terlalu pragmatis dan mengorbankan tanah subur demi kepentingan industri.

"Seharusnya para pemimpin bisa mengambil nilai lebih dari pertanian. Kalau sistem pemasaran hasil tani diperbaiki, kami yakin petani bisa lebih makmur, dan daerah ini juga bisa berkembang. Tapi sayangnya, yang terjadi malah sebaliknya, tanah dijual, pabrik dibangun," tambah salah satu warga.

Kekhawatiran semakin memuncak menjelang Pilkada, di mana masyarakat berharap ada pemimpin baru yang lebih berpihak pada pertanian. Mereka menyuarakan pentingnya pemilu yang bersih dan murah biaya, agar pemimpin terpilih nanti bisa fokus pada kepentingan rakyat tanpa harus menjual lahan subur untuk kepentingan sesaat.

Untuk sekarang, para petani di Nganjuk hanya bisa berharap agar lahan-lahan yang tersisa masih bisa diselamatkan. Karena bagi mereka, tanah subur bukan hanya sumber penghidupan, tapi juga warisan berharga yang harus dijaga untuk generasi mendatang.

Sept 2024 

Pak J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar