Jumat, 13 April 2018

DEBAT CAGUB JATIM DAN WAKILNYA, YANG "EGOIS"?

Debat sesi 1
Pagi itu aku mendapatkan whatsaap dari sahabatku.
Aku diminta untuk melihat acara debat calon Gubernur dan wakil Gubernur Jawa Timur sesi satu malam nanti.
Berhubung Saya di rumah tidak ada TV dan tidak punya TV maka saya menjawab tidak tertarik karena di rumah tidak ada TV.

Alasan sahabatku: Lihatlah!!! biar menjadi pemilih yang cerdas.
Benar, malam itu aku tak melihat.debat yang di sarankan.
Tapi keesukan  harinya, tertarik juga aku untuk melihat siaran tunda lewat you tube.
Semua itu, karena ingin membuktikan seperti apa sih menjadi calon pemilih cerdas, untuk calon Gubernur jatim 5 tahun kedepan.
https://analytics.google.com/analytics/web/#/home/
Sesi yang aku lihat waktu itu, pas debat calon Wakil Gubernur Jatim.

Orang cerdas
Yang di bahas, kalau tidak salah ingat, tentang gizi buruk di sebuah desa di Kab Trenggalek Jawa Timur.
Namun betapa kagetnya diriku, Setelah aku melihat tayangan itu sampai selesai.
YUK DAFTAR DI SEKOLAH INSPIRATIF ANAK MUDA
Debat calon wakil Gubernur Jatim ini memang ramai, otot ototan, saling mengunggulkan kepandaian masing masing, tetapi karena ramainya dan tidak mengikuti arahan moderator, hingga diriku tidak bisa  mengambil "klu" dari inti debat sebenarnya  saat itu.
Logo jawa timur

Semua ingin menonjolkan apa yang menjadi pendapatnya tanpa mau mengindahkan jawaban dari yang lain.( saur manuk kata orang jawa) Seakan seperti orang egois, yang tidak punya rasa peduli terhadap yang lain

YANG INI KEREN JUGA LO JANGAN DLEWATKAN :ANAK NAKAL,KARENA DO'A ORANG TUANYA ?

Padahal sebelumnya sang  moderator, telah menyampaikan kepada peserta debat, untuk saling mendengar dan memberi kesempatan berbicara yang baik pada masing -masing peserta debat.

Tapi aturan itu, di langgar oleh kedua calon Gubernur Jatim itu.
Sehingga sebagai pendengar dan pemirsa, aku, justru hanya bisa geleng kepala melihat pertunjukan itu.

BACA JUGA YANG INI : MONDOK KAN ANAK ITU NDAK ENAK ?

Apakah ini yang di maksudkan temanku,  supaya aku menjadi pemilih  yang  cerdas?.
Setelah melihat tayangan debat itu, aku menjadi takut dengan kondisi Jawa Timur 5 tahun ke depan, apalagi jika calon pemimpinnya terus berkharakter seperti ini,( tidak mau menjadi pendengar yang baik) dan tidak mau membenahi karakter dasarnya.

Debat calon wakil Gubernur Jaim
Aku kemudian juga berpikir apalah artinya pemimpin yang cerdas,ahli di bidang ini, itu, kalau pada tataran yang sederhana saja, mereka enggan mematuhi dan mendengarkan (aturan diskusi/debat)
kemudian jauh dalam lubuk hatiku, saat itu pula, aku punya kesimpulan  dan sorotan terhadap keduanya.


Walau aku sendiri belum bisa memastikan secara pasti kebenaran pikiranku, akan tetapi,minimal ada dua hal yang aku soroti dan aku kritisi terhadap debat calon wakil gubernur ini.

baca ini :MURID NAKAL,KARENA TIDAK PAHAM MAKSUD GURUNYA

1. Kedua kandidat wakil gubernur ini "tidak mau mematuhi aturan moderator" dalam debat nya.

Aturannya adalah saling memberi kesempatan satu dengan yang lainnya untuk bergantian tapi yang terjadi dalam debat ini saling menonjolkan apa yang menjadi pendapatnya masing-masing .
Jika aturan kecil dalam perdebatan saja tidak diindahkan, saya takut ada banyak aturan yang ada di pemerintahan nanti juga lupa dan terlupakan untuk di indahkan.

2. Keduanya susah untuk saling mendengarkan.
Jika dengan lawan politiknya saja tidak mau saling  mendengarkan. tidak bisa memberi kesempatan mengungkapan maksud dan tujuan pembicaraan hingga selesai, apalagi nanti ketika sudah jadi         (menjabat)
Menjadi pendengar yang baik

Apakah mungkin mereka nanti mau mendengar keperluan, keluhan, jeritan, kemauan dan kebutuhan masyarakatnya di Jawa Timur ini ?.

BACA BERITA VIRAL INI :ANAK TK DI TILANG POLISI

Padahal munculnya empati seseorang atau pemimpin itu karena di awali dengan mengikhlaskan diri menjadi pendengar yang baik (Mendengarkan bukan hanya sekedar mendengar).

Maka debat sesi pertama kemarin, hendaknya menjadi cambuk pengingat, calon pemimpin Jatim itu, agar senantiasa belajar menjadi pendengar yang baik, bagi lawan bicara debatnya. Dengan metode seperti itu, diharapkan ada sebuah kepahaman yang muncul, kemudian pada akhirnya melahirkan suatu tindakan yang empati. Baik kepada lawan politiknya terlebih-lebih kepada rakyat Jawa Timur yang sedang di perjuangkannya.


Selamat berkampanye, semoga Rakyat tidak salah pilih pemimpin.
Pak. J
Praktisi Pendidikan di salah satu SMK di Jawa Timur

1 komentar: