Minggu, 25 Maret 2018

UPAYA PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS




MELALUI  METODE SIMULASI  PADA KELAS X APK 2
SMK SUNAN GIRI MENGANTI
GRESIK
Tahun Ajaran 2017

Oleh :
 SUJARWA,S.Th.I

2017




BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah PTK
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Dengan adanya pendidikan diharapkan peserta didik akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang. (Arbi, Z. S halaman 19)
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS).
Pendidikan Dasar bertujuan untuk memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannva sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan sebagai umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan yang berikutnya.
Pendidikan  Menengah Kejuruan harus selalu menyelaraskan dan mengantisipasi perubahan agar materi dan pengalaman belajar dalam proses belajar mengajar yang diberikan di Sekolah berguna untuk bekal kehidupannya.Fungsi sekolah harus membantu mewujudkan kemandirian bagi peserta didik dalam arti melek huruf, melek teknologi dan melek pikiran (Semiawan. C 1992: 12).
Dalam Garis - Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) IPS, bahwa tujuan umum mata pelajaran IPS pada jenjang pendidikan menengah yaitu :
1.  Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMK bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari hari.
2.   Pengajaran IPS yang bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air.
Sedangkan Inti pembelajaran pendidikan 1PS di  SMK adalah sebagai berikut :
a.         Mengenalkan kepada siswa tentang hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya
b.         Memberikan pengetahuan agar siswa memahami peristiwa-peristiwa serta perubahan yang terjadi disekitarnya.
c.          Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengenal kebutuhan - kebutuhannya serta menyadari bahwa manusia lain pun memiliki kebutuhan.
d.        Menghargai kebudayaan masyarakat sekitarnya, bangsa juga budaya bangsa lain.
e.         Memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi yang bertalian dengan dirinya sendiri maupun dengan bangsa lain di dunia.
f.           Memahami bahwa antar manusia yang satu dengan lainnya saling membutuhkan serta dapat menghormati harkat dan nilai manusia.
g.         Memahami dan bertanggung jawab dalam pemeliharaan pemantapan dan pengelolaan sumber daya manusia dan sumber daya alam.
Kenyataan yang ada pada masa sekarang ini,atau kondisi riil yang ada, ternyata kemajuan teknologi melahirkan dua sisi yaitu sisi positif dan sisi negatif. Dengan banyaknya media visual yang menayangkan berbagai macam sajian berupa tontonan maupun permainan - permainan sehingga minat baca siswa menjadi  sangat kurang. Mereka lebih suka menghabiskan waktunya untuk menonton televisi dan video game. Sehingga dampaknya hasil pembelajaran Pendidikan IPS di kelas 10 APK 2 sekolah Menengah Kejuruan  sangat rendah. Rendahnya hasil belajar siswa pada akhir-akhir ini bisa juga diakibatkan oleh kondisi dan perkembangan mental murid, seperti yang dikemukakan oleh Sumaatmaja. N halaman 11.
"Kemampuan mental anak didik sesuai dengan tingkat umur dan pengalamannya berkembang mulai dari tingkat umur atau tingkat pendidikan yang rendah menuju kearah kematangan. Oleh karena itu bobot luas pendalaman materi IPS yang diajarkan harus disesuaikan dengan kemampuan murid."
Berdasarkan pengamatan dan penilaian secara langsung, bahwa pendidikan IPS merupakan salah   satu mata pelajaran di Sekolah SMK yang bagi sebagian siswa terasa membosankan, kurang menarik dan cenderung monoton. Pendidikan IPS merupakan mata pelajaran yang sangat tegas dan berupa hapalan-hapalan serta ruang lingkup yang dipelajarannya adalah manusia sebagai anggota masyarakat, gejala dan masalah sosial serta peristiwa tentang kehidupan manusia di masyarakat.Oleh karena itu siswa dituntut untuk lebih memiliki minat yang penuh dan sungguh – sungguh untuk mempelajarinya
Dengan menggunakan metoda simulasi diharapkan dapat mendorong partisipasi peserta didik, mempertinggi keterampilan - keterampilan,  membantu mengembangkan sikap siswa, meningkatkan prestasi .
B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan metoda  Simulasi  pada pembelajaran pendidikan IPS di kelas X APK 2 SMK Sunan Giri Tahun Pelajaran 2017/2018, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 
1.      Bagaimana hasil belajar siswa  kelas X APK 2 SMK Sunan Giri Tahun Pelajaran 2017/2018, sebelum guru menggunakan metode simulasi ?
2.      Apakah penerapan metode simulasidapat meningkatkan prestasi siswa  kelas X APK 2 SMK Sunan Giri Tahun Pelajaran 2017/2018,dari prestasi sebelumnya?
3.      Apakah penerapan metode simulasi dapat menyebabkan siswa-siswa lebih senang dalam belajar IPS ?
4.      Bagaimana kelebihan dan kekurangan metode simulasi dalam pembelajaran IPS di kelas X APK 2 SMK Sunan Giri Tahun Pelajaran 2017/2018,
C .    Definisi Operasional
Untuk mempertegas pemahaman terhadap penelitian ini, maka berikut ini di terangkan makna sesuatu yang berhubungan dengan pembahasan penelitian ini.
1.      Penerapan Metode Simulasi
Penerapan adalah upaya pengimplementasian sebuah ide dan gagasan yang di harapkan ide dan gagasan tersebut menjadi seperti yang di  dan di programkan.
 Metode merupakan suatu tata cara untuk melakukan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, maka dengan demikian metode pembelajaran adalah suatu tata cara yang berhubungan erat dengan pelaksanaan proses pembelajaran.
Metode simulasi merupakan metode pembelajaran yang mendukung keberhasilan belajar peserta didik disamping faktor-faktor yang lainnya seperti bahan pelajaran, perlengkapan pelajaran, kondisi belajar dan lain sebagainya. Selain itu penerapan metode simulasi diharapkan dapat menciptakan peserta didik belajar dengan baik dalam suasana yang wajar tanpa tekanan, dalam keadaan yang lebih termotivasi untuk belajar, serta menciptakan peserta didik untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya
2.         Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan suatu upaya mengembangkan potensi anak-anak, baik yang baru lahir maupun yang sudah menginjak dewasa sehingga menciptakan pengalaman - pengalaman baru dalam kehidupannya , melalui proses pembelajaran baik yang di tata secara sistematis maupun tidak terstruktur. Yang di tata secara sistematis berjalan melalui jalur pendidikan formal di sekolah. Sedangkan yang tidak terstruktur berjalan melalui pendidikan di jalur luar sekolah yaitu keluarga dan masyarakat. (Drs. A. Tabrani Rusyan, 1996)
Proses pembelajaran harus menciptakan suasana yang dapat membina serta mengembangkan kreativitas, karena dengan mengembangkan kreativitas berarti menimbulkan perasaan dihargai serta mendorong keberanian dan menciptakan gagasan kreatif bagi peserta didik. Guru sebagai pembina dalam proses pembelajaran berupaya merangsang peserta didik untuk menyelidiki, peneliti, bertanya dan mencoba. Yang berfungsi sebagai narasumber dalam upaya menciptakan manusia yang berkualitas melalui proses pembelajaran.
Ilmu Pengetahuan Sosial bukan ilmu sosial. Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial atau IPS tidak hanya terbatas di perguruan tinggi, melainkan diajarkan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pengajaran IPS yang telah dilaksanakan sampai saat ini, baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi, tidak menekankan kepada aspek teoritis keilmuannya, melainkan lebih ditekankan kepada segi taktis mempelajari, menelaah, mengkaji gejala dan masalah sosial, yang tentu saja bobotnya sesuai dengan jenjang pendidikan masing - masing. (Drs. Nursid Sumaatmadja, 1980)
Proses pembelajaran IPS, salah satu upaya untuk membimbing peserta didik memahami situasi permasalahan- permasalahan yang dihadapi. Proses pembelajaran yang diharapkan adalah proses pembelajaran yang mampu mendorong peserta didik untuk mengenali diri, mengembangkan potensi yang ada serta berusaha untuk rasa ingin tahu tentang hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran IPS.
Proses pembelajaran IPS dilaksanakan dengan metode simulasi, dengan teknik simulasi,  permainan , simulasi, yang mempergunakan alat alat , simulasi, berupa beberan, kartu pesan serta alat peraga yang sesuai dengan pokok bahasan. Jadi penerapan metode simulasi tersebut untuk menunjang perbaikan proses pembelajaran pada pendidikan IPS di kelas X APk 2 SMK Sunan Giri  Menganti Kabupaten Kabupaten Gresik Tahun Pelajaran 2017/2018 dalam rangka menuju ke arah proses pembelajaran yang lebih baik.

D.    Tujuan Penelitian Tindakan
Ada 2 tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yakni terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.
a.       Tujuan umum
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran pada pendidikan IPS di  kelas X APk 2 SMK Sunan Giri  Menganti Kabupaten Kabupaten Gresik Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan menggunakan metode simulasi dengan tujuan menghilangkan kejenuhan, menciptakan kegembiraan, menumbuhkan motivasi, meningkatkan hasil dan proses pembelajaran serta berpikir kritis bagi peserta didik.
b.               Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a.       Untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum menggunakan metode simulasidi kelas X APk 2 SMK Sunan Giri  Menganti Kabupaten Kabupaten Gresik Tahun Pelajaran 2017/2018.
b.      Untuk mendeskripsikan adakah peningkatan prestasi belajar siswa setelah menggunakan metode simulasidi   kelas X APk 2 SMK Sunan Giri  Menganti Kabupaten Kabupaten Gresik Tahun Pelajaran 2017/2018.
c.       Untuk mendeskripsikan adakah minat siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode simulasidi  kelas X APk 2 SMK Sunan Giri  Menganti Kabupaten Kabupaten Gresik Tahun Pelajaran 2017/2018.
E.      Manfaat Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini yang menyuguhkan sebuah proses pembelajaran dengan penerapan metode simulasi yang cermat dan seksama sehingga akan diperoleh manfaat  sebagai berikut:
1.                                Siswa lebih memahami proses pembelajaran IPS melalui metode Simulasi.
2.      Guru lebih memahami tentang penggunaan metode Simulasi.
3.      Metode simulasidapat diterapkan di Sekolah  Menengah Kejuruan.















BAB II
KERANGKA TEORITIS


A.     Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
1.      Pengertian Mata Pelajaran IPS
Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara dan IPS. IPS yang diajarkan di Sekolah  Menengah Kejuruan terdiri atas dua bahan kajian pokok yaitu pengetahuan sosial dan IPS. Bahan kajian pengetahuan sosial mencakup lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi dan pemerintahan. Bahan kajian IPS meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini (Metodik Khusus Pengajaran IPS di SMK. Depdiknas :  2003 halaman 1).
2.      Fungsi Mata Pelajaran IPS
Pengajaran pengetahuan sosial di SMK berfungsi mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari - hari, sedangkan pengajaran IPS berfungsi menumbuhkan rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini (Metodik Khusus Pengajaran IPS di Sekolah Menengah Kejuruan. Depdiknas : 1995/1996 halaman 1).
3.      Tujuan Mata Pelajaran IPS
Tujuan umum mata pelajaran IPS di SMK, agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran IPS bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air. (Metodik Khusus Pengajaran IPS di Sekolah  Menengah Kejuruan. Depdiknas : 1995/19 halaman 2).
Tujuan khusus mata pelajaran IPS di SMK antara lain mengenalkan kepada siswa tentang hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya, memahami peristiwa-peristiwa serta perubahan - perubahan yang terjadi di sckitarnya, menghargai budaya masyarakat, bangsa dan budaya lain, menghormati harkat dan nilai manusia, memupuk rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan sendiri dan orang lain, memahami dan menghargai IPS bangsanya (Metodik Khusus Pengajaran IPS di Sekolah  Menengah Kejuruan. Depdiknas :  2007 ; halaman 2).

4.      Prinsip - prinsip Pengajaran IPS
Dalam mengajarkan bahan ajar pada IPS hendaknya dimulai dari lingkungan yang terdekat yang sederhana sampai kepada bahan yang lebih luas dan kompleks. Pengalaman pengalaman atau pengetahuan pendahuluan yang diperoleh dilingkungan sebelum masuk sekolah Kejuruan sangat berpengaruh dalam menerima maupun mempelajari konsep dasar, sehingga tugas guru dalam hal ini adalah memotivasi agar pengalaman siswa tersebut dijadikan dasar dalam mempelajari IPS.
Dalam belajar IPS pengalaman langsung melalui pengamatan, observasi maupun mencoba sesuatu atau dramatisasi akan membantu siswa lebih memahami pengertian atau ide-ide dasar dalam pelajaran IPS sehingga ingatan siswa terhadap konsep-konsep yang dipelajari akan lebih mendalam.
Agar pengajaran IPS tetap menarik dapat digunakan bermacam metode, perlu adanya variasi penyajian bahan seperti nyanyian, deklamasi, bermain peran dan sosio drama. Dalam pengajaran IPS, ada bagian yang perlu dihapalkan. Latihan dan pengalaman langsung juga perlu dilaksanakan melalui suatu kegiatan pemecahan masalah sehingga pengertian dan pemahaman siswa terhadap suatu konsep dapat ditetapkan. metodik Khusus Pengajaran IPS di SMK. Depdiknas : 1995/19 halaman 2)­
5.      Teknik, srategi dan metode mengajar IPS
Di bawah ini akan diuraikan tentang teknik, strategi dan metode mengajar IPS. Pembahasan ini point -pointnya adalah sebagai berikut :
a.      Membina konsep dan mengembangkan generalisasi pada IPS
Yang dimaksud dengan konsep pada IPS yaitu kata atau ungkapan yang memiliki ciri yang menonjol dan tidak dapat dipisahkan dari kontek IPS. Generalisasi merupakan hubungan dari beberapa konsep. Untuk mampu mengembangkan generalisasi guru IPS maupun anak didiknya harus memiliki untuk berpikir logis. Hal ini semua menuntut keterampilan fisik-biologis maupun keterampilan mental psikologis
b.        Mengajarkan ketrampilan pada pengajaran IPS.
Seperti telah dibahas di atas, untuk membina konsep dan mengembangkan generalisasi menurut suatu keterampilan. Keterampilan itu antara lain meliputi berbahasa, keterampilan menggunakan pembendaharaan kata-kata yang berhubungan dengan konsep IPS, keterampilan membaca keterampilan menggunakan peta dan globe, ketrampilan alat-alat pelajaran dan lain sebagainya. Bagi anak keterampilan tadi menjadi alat untuk mampu belajar lebih lanjut dan dapat memantapkan kemampuan anak didik dalam berbagai kecakapannya.


c.         Mengajarkan nilai dan sikap pada pengajaran IPS.
 Suatu sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi - konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga masyarakat, mengenai hal - hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup, karena itu, suatu sistem nilai budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem - sistem tata kelakuan manusia lain yang tingkatnya lebih konkret, seperti aturan - aturan khusus, hukum dan norma - norma semuanya juga berpedoman kepada sistem budaya itu.

Jadi nilai secara umum merupakan ukuran atau konsepsi tentang baik buruk, tentang tata laku yang telah mendalam dalam kehidupan masyarakat. Menurut Koencaraningrat menjelaskan sebagai berikut :
Suatu sikap adalah suatu disposisi atau keadaan mental didalam jiwa dan diri seseorang individu untuk bereaksi terhadap lingkungannya, baik lingkungan manusia maupun lingkungan fisiknya. Walau berada di dalam diri seorang individu, sikap itu biasanya juga dipengaruhi oleh nilai budaya dan bersumber pada sistem nilai budaya.
Mengajarkan nilai dan sikap mental pada pengajaran IPS dilakukan melalui tanya jawab, diskusi, tugas, dan proses belajar mengajar pada umumnya. Untuk membina nilai dan sikap mental, harus dijiwai oleh nilai nilai yang luhur dan latihan mengungkapkan sikap mental secara baik, terarah, terpuji, ditanamkan secara berkesinambungan, sehingga sikap mental siswa menjadi benar benar memancarkan kebenaran, kelurusan dan tanggung jawab.

d.   Mengembangkan inkuiri dan berpikir.
Peserta didik harus dilatih dan dikembangkan daya pikir dan ketajaman berpikirnya melalui pengajaran IPS dengan tujuan supaya mereka mampu berpikir kritis, mampu melakukan pemecahan masalah masalah kehidupan berdasarkan kekuatannya sendiri.
Melalui teknik dan strategi inkuiri yang terpadu ini anak didik pada pengajaran IPS dapat diharapkan menjadi mampu:
1.    Mengidentifikasikan masalah dan pertanyaan tentang hal-hal yang sedang dibahas atau dipelajari.
2.    Membuat referensi dan menarik suatu kesimpulan dari data yang diperoleh.
3.    Melakukan perbaikan - perbaikan.
4.    Pengembangan hipotesa atas persoalan yang sedang dibahas atau dipelajari.
5.    Menggali bukti - bukti untuk menguji hipotesa.
6.    Merencanakan bagaimana melakukan penelaahan suatu persoalan atau masalah.
7.    Mengumpulkan data dari berbagai sumber.
8.    Menentukan bukti - bukti yang diperlukan untuk melakukan studi suatu masalah.
9.    Menentukan informasi - informasi yang relevan dengan masalah yang sedang dibahas.
e.     Prosedur Bertanya efektif pada pembelajaran IPS.
Tujuan mengajukan pertanyaan dalam rangka pengajaran IPS ini yang pertama adalah untuk menguji apakah tujuan instruksional yang kita susun berdasarkan pokok bahasan yang menjadi materi pelajaran IPS telah tercapai atau belum. Bagi guru IPS, teknik dan strategi bertanya efektif itu harus berlandaskan tujuan, penekanan, dan bobot penyebarannya. Aspek pertanyaan harus dilandaskan kepada tujuan mengungkapkan ingatan, pengertian, analisa, penerapan, sintesa, interpretasi, peramalan, evaluasi, penarikan kesimpulan, membimbing belajar secara bebas, pengungkapan sebab akibat menyusun suatu resume dan lain - lain. Metode pengajaran IPS adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Makin baik metode itu makin efektif pula pencapaian tujuan.
Jadi dalam memberikan pengajaran IPS guru harus memperhatikan teknik strategi dan metode mengajar IPS, agar proses pembelajaran IPS dapat dipahami dan dimengerti oleh peserta didik.
2.    Kesulitan - kesulitan dalam belajar IPS
Kesulitan belajar IPS yang dialami oleh siswa karena pengajaran IPS merupakan pengajaran yang bukan hanya untuk diingat semata - mata, melainkan lebih jauh dari itu, karena menyangkut pembahasan masalah kehidupan, juga menjadi bahan yang dapat mempertajam penalaran anak didik.
Selain itu karena masalah-masalah yang menjadi materi IPS menuntut penghayatan dengan menggunakan perasaan, emosi, kesadaran, kepekaan penghayatan terhadap masalah sosial yang terjadi di sekitarnya, maka siswa dituntut untuk cakap dan terampil dalam memecahkan permasalahan tersebut.
Penanaman nilai, pembinaan sikap dan latihan keterampilan, anak didik pada pengajaran IPS dapat diharapkan mampu :
a.       Mengidentifikasikan masalah dan pertanyaan tentang hal-hal yang sedang dibahas atau yang sedang dipelajari.
b.      Membuat referensi dan menarik suatu kesimpulan dari data yang diperoleh.
c.       Melakukan perbandingan - perbandingan.
d.      Dapat mengembangkan suatu persoalan yang sedang dibahas atau dipelajari.
e.       Menggali bukti-bukti untuk menguji hipotesa.
f.       Merencanakan bagaimana melakukan penelaahan suatu persoalan atau masalah.
g.      Mengumpulkan data dari berbagai sumber.
h.      Meramalkan bagaimana perkiraan hasil studi yang bersangkutan.
i.        Menentukan bukti hukum yang diperlukan untuk melakukan studi suatu masalah.
j.        Menentukan informasi - informasi yang relevan dengan masalah yang sedang dibahas.
B.   Metode Simulasi
1.      Pengertian
Kata Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura pura atau berbuat seolah - olah, atau perbuatan yang pura pura saja. Simulasi dapat digunakan untuk melakukan proses-proses tingkah laku secara imitasi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Paul Tselker dalam Strategi Belajar Mengajar halaman 78 Simulation is defined abstaining the essence of something but without all aspect of reality. (Simulasi adalah mendefenisikan nilai sesuatu tapi tanpa aspek sesungguhnya dalam artian hanya berpura - pura saja.
Dalam Simulasi para siswa dapat :
1.    Mencoba menempatkan diri atau berperan sebagai tokoh atau pribadi tertentu, misalnya, sebagai pahlawan, petani, dokter, atau guru. Siswa dilatih menghargai jasa dan peranan orang lain.
2.    Berperan sebagai benda - benda, misalnya berpura - pura sebagai gunung, pohon, angin atau awan.
Dawson (1962) dalam Strategi Belajar Mengajar halaman 78 mengemukakan bahwa : "Simulasi merupakan suatu istilah umum yang berhubungan dengan menyusun dan mengoperasikan sualu model yang mereplikasi proses - proses prilaku. " (dalam Hyman, 1970 - 233). Cardille mengemukakan penemuan beberapa guru yaitu Simulasi dan permainan merupakan metode mengajar yang tinggi efektifitasnya dalam menyederhanakan situasi kehidupan dan menyajikan pengalaman - pengalaman yang menuntun kearah diskusi. Berdasarkan pendapat Dawson, Clark C. Abt dan pernyataan Cardille, dapat ditandai bahwa Simulasi berkenaan dengan perilaku berpura-pura dan situasi tiruan. (Strategi Belajar Mengajar halaman 78)
2.      Model atau bentuk- bentuk Simulasi
Menurut Gilstrap dalam upaya optimalisasi kegiatan belajar mengajar dikemukakan beberapa bentuk Simulasi antara lain :
2.1.      Peer teaching
Latihan atau praktik mengajar, yang menjadi murid adalah temannya sendiri. Tujuannya untuk memperoleh keterampilan dalam mengajar.
2.2      Sosiodrama
Sosiodrama adalah sandiwara atau dramatisasi tanpa skrip (bahan tertulis), tanpa latihan terlebih dahulu dan tanpa menyuruh anak menghapal sesuatu. Pokok atau masalah yang didramatisasikan atau diperankan ialah yang berhubungan dengan situasi sosial yang bertalian dengan hubungan antar manusia. Sosiodrama ini sering kita dapati pada anak - anak kecil misalnya mereka memerankan sebagai ayah dan ibu dengan bonekanya. Tujuannya adalah agar anak dapat menghayati perasaan orang lain dan dapat memecahkan masalah - masalah sosial.

2.3.      Psikodrama
Permainan peranan yang dilakukan, dimaksudkan agar individu yang bersangkutan memperoleh insight atau pemahaman yang lebih baik tentang dirinya dan dapat menemukan self concept. Psikodrama digunakan untuk maksud terapi. Masalah yang diperankan adalah perihal emosional yang lebih mendalam yang dialami seseorang. Misalnya memerankan orang yang sedang sedih atau gembira.
2.4.      Simulasi game
Simulasi game adalah permainan bersaing untuk mencapai tujuan tertentu dengan menanti peraturan - peraturan yang ditetapkan contohnya bermain monopoli, catur, sepakbola, dan sebagainya.
2.5.      Role playing
Role playing adalah permainan peranan yang dilakukan untuk mengkreasi kembali peristiwa - peristiwa masa lampau, mengkreasi kemungkinan - kemungkinan masa depan dan mengekspos kejadian - kejadian masa kini. Permainan ini lebih cocok untuk pelajaran IPS.
3.      Langkah - langkah Simulasi
Langkah - langkah yang dapat dilakukan melaksanakan metode Simulasi ini antara lain :
3,1.      Tahap orientasi yaitu menentukan tema.
Pada langkah Kejuruan ini guru menjelaskan tema yang akan digarap, konsep yang akan ditanamkan dalam Simulasi yang aktual, menjelaskan Simulasi, bila siswa baru Kejuruan kali berhadapan dengan permainan tersebut dan memberikan uraian singkat tentang permainan itu sendiri.
3.2.      Merumuskan nilai - nilai yang akan didiskusikan.
Penentuan nilai - nilai yang akan didiskusikan dapat dibicarakan dengan para siswa dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Guru menjelaskan nilai - nilai yang akan digunakan dalam Simulasi yang akan dilakukan.
3.3.      Menyiapkan alat peraga (perlengkapan) Simulasi berupa :
    1. Beberan (caption).
    2. Alat penentu langkah (misalnya dadu).
    3. Gaco.
    4. Kartu pesan.
3.4.      Merumuskan tata tertib.      
Guru menetapkan skenario dan memberikan penjelasan tentang aturan permainannya. Seperti : aturan dan cara bermain, pemberian nilai, tipe - tipe keputusan yang harus dilakukan serta tujuan permainan itu sendiri. Guru mengorganisir siswa ke dalam berbagai variasi aturan dan mempersingkat pelaksanaan untuk meyakinkan siswa dalam memahami setiap arah dan mempergunakan aturan - aturan yang ada.
3.5.      Menentukan pemegang peran.
Guru memilih pemegang peran atau para pemain yang sesuai dengan karakter yang akan ditampilkan dalam permainan Simulasi yang akan dilakukan, serta membantu para pemegang peran atau para pemain untuk mempersiapkan diri. Peran - peran tersebut antara lain misalkan siswa berperan sebagai :
    1. Fasilitator.
    2. Penulis.
    3. Pemain.
    4. Penonton (peserta) dan lain - lain.
3.6.      Permainan Simulasi.
Di sini permainan dan pengadministrasian Simulasi mulai berjalan. Permainan dapat dihentikan sementara untuk memberikan kemungkinan bagi siswa menerima umpan balik, mengevaluasi penampilan dan ketetapan yang telah dilakukan dan memperjelas beberapa penyimpangan dari konsep sebenarnya.
Selama Simulasi guru mensupervisi kegiatan untuk menjamin bahwa peran dan tanggung jawab pemeran terlaksana sesuai dengan peraturan atau petunjuk Simulasi. Memberikan motivasi umtuk memperbaiki kegiatan, sementara kegiatan berjalan.
3.7.      Tanya jawab.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, guru dapat membantu siswa dalam memusatkan perhatiannya pada :
    1. Kejadian, persepsi dan reaksi siswa.
    2. Menganalisis proses yang telah dilakukan.
    3. Membandingkan peristiwa dalam Simulasi dengan dunia nyata.
    4. Menghubungkan kegiatan dengan isi pelajaran.
    5. Menilai serta merencanakan kembali Simulasi.
3.8.      Mengadakan evaluasi kegiatan dan tindak lanjut.
Dalam langkah ini mencakup kegiatan :
    1. Penyampaian kritik dan saran dan pengamat tentang Simulasi yang dilaksanakan.
    2. Pengungkapan pendapat - pendapat dan saran perorangan.
    3. Penyampaian kesimpulan - kesimpulan dan saran dari guru.
4.      Tujuan metode Simulasi      
Secara umum tujuan pemakaian metode Simulasi adalah sebagai berikut :
a.       Mendorong partisipasi.
b.      Mempertinggi keterampilan - keterampilan membuat keputusan.
b.      Memanfaatkan sumber - sumber yang berhubungan dengan keputusan - keputusan yang hendak dibuat
c.       Membantu mengembangkan sikap siswa.
d.      Mengembangkan persuasi dan komunikasi.
e.       Memperkenalkan kepada para siswa tentang peranan kepemimpinan. (Cardille dalam Canei,1986 : 45)
Davies (1987 : 241) mengemukakan bahwa Simulasi dapat ditujukan untuk mengetahui keterampilan kognitif yang diperoleh melalui metode lain dan untuk mengubah sikap. Dengan metode Simulasi sebuah masalah dipecahkan bukan dengan membahas masalah ini, melainkan dengan  memilih situasi dimana masalah itu terjadi.
Dari Cardille dan Davies, dapat kiranya dikemukakan tujuan pemakaian metode Simulasi dalam kegiatan belajar adalah :
1.      Mengembangkan sikap dan keterampilan tertentu, baik yang bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari - hari.
2.      Melatih para siswa memecahkan masalah dengan memanfaatkan sumber - sumber yang dapat digunakan memecahkan masalah.
3.      Meningkatkan pemahaman tentang konsep dan prinsip yang telah dipelajari.
5.                Kelebihan metode Simulasi
Metode Simulasi mmempunyai kelebihan yaitu :
a.       Kegiatan Simulasi menciptakan kegembiraan pada diri siswa sehingga para siswa terdorong untuk berpartisipasi.
b.      Metode ini mendorong guru untuk mengembangkan kegiatan - kegiatan Simulasi  atau tanpa bantuan para siswa.
c.       Metode lama memberikan kemungkinan melakukan eksperimen yang tidak mungkin dilakukan pada lingkungan yang sebenarnya.
d.      Mengurangi keabstrakan dari hal - hal yang dipelajari, sebab walaupun yang dipelajari bersifat abstrak tetapi dipelajari melalui kegiatan yang ada.
e.       Metode ini tidak memerlukan keterampilan komunikasi yang pelik dalam banyak hal, para siswa hanya memerlukan pengarahan atau petunjuk yang sederhana.
f.       Metode ini memerlukan jenis interaksi antarsiswa yang memungkinkan timbulnya keutuhan yang sehat (kondusif) antar para siswa.
g.      Metode ini seringkali memperoleh respon positif dari siswa yang lamban, kurang cakap atau kurang motivasinya.
h.      Beberapa kegiatan Simulasi meningkatkan dan memberikan pemikiran kritis pada diri siswa karena mereka terlibat langsung dalam menganalisa langkah - langkah yang mungkin dan kemungkinan konsekuensi dari langkah itu.
i.        Metode ini memungkinkan guru bekerja dengan tingkat kemampuan siswa yang berbeda - beda pada waktu yang sama.
 (Gilstrap, 1975 : 89)
Selain memiliki keunggulan - keunggulan, metode Simulasi juga memiliki kekurangan - kekurangan yang mencakup :
a.       Keefektifannya dalam memperbaiki kegiatan belajar belum dapat dilaporkan dalam penelitian - penelitian mutakhir.
b.      Metode ini menjadi mahal semenjak banyaknya permainan Simulasi yang komersil. Pembiayaan yang mahal menyebabkan para penentang mempertanyakan banyaknya Simulasi yang hanya diperuntukkan memperbaiki motivasi belaka.
c.       Metode ini memerlukan pengelompokan yang luwes, begitu juga diharapkan keluwesan penggunaan ruang kelas dan gedung yang seringkali tidak memungkinkan.
d.      Metode ini banyak menuntut imajinasi dari guru dan siswa yang terlibat.
e.       Seringkali mendapat kecaman dari para orang tua, karena kegiatannya melibatkan unsur permainan di dalamnya.
(Gilstrap, 1975 :89)
Adanya keunggulan - keunggulan dan kekurangan - kekurangan metode Simulasi merupakan bekal pertimbangan dalam pemakaian metode Simulasi. Dengan adanya kekurangan - kekurangan yang dimiliki oleh metode Simulasi, bukan berarti metode Simulasi dapat ditinggalkan begitu saja.Metode Simulasi dalam hal - hal tertentu akan sangat membantu terciptanya situasi yang menyenangkan dalam interaksi belajar mengajar di kelas.




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A.     Setting penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model Kemmis dan MC. Taggart (1988). Yang mana Kemmis mengembangkan modelnya berdasarkan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan kembali merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan masalah (Kasihani Kasbalah E. S;  2000: 13).
Selain itu penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan untuk mencari makna yang melatarbelakangi pembelajaran proses yang dilakukan guru dan siswa sehingga akan dicapai tingkat pemahaman masalah yang ada, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan IPS.
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang praktis untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari solusi atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan tugas sehari-hari di kelas. Untuk lebih jelasnya di bawah ini adalah definisi yang dikemukakan oleh Kemmis dan Carr Ebbut, Taggart dan Kent Lewin (Kasbalah,  2000; 14 - 15) yang menyatakan sebagai berikut :
Kemmis dan Carr (1986) mengemukakan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat refleksi yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya memahami pekerjaan ini serta situasi dimana pekerjaan ini dilakukan.
Ebbut (1985) penelitian tindakan merupakan studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya mernperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut.
Kemmis dan Taggart (1982) berpendapat, penelitian tindakan juga digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis dimana keempat aspek yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi dalam bentuk spiral. Sedangkan Kurt Lewin (1992 : 147) mengemukakan bahwa penelitian tindakan adalah penelitian yang merupakan suatu rangkaian langkah - langkah (a spiral of stef). Setiap langkah terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, tindakan observasi dan refleksi.
Dari beberapa definisi penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh para pakar diatas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan dalam bidang pengajaran yang dilaksanakan dalam ruang lingkup kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Secara sederhana penelitian tindakan merupakan learning by doing, dimana sekelompok orang mengidentifikasi masalah, melakukan suatu kegiatan untuk menemukan pemecahan masalah, mengkaji upaya-upaya mereka, dan jika tidak memuaskan mereka mencoba melakukan pemecahan masalah kembali. (O'Brien, 1998: 2).
Selain itu penelitian tindakan adalah suatu upaya dari berbagai pihak terkait khususnya guru sebagai pengajar, untuk meningkatkan atau memperbaiki proses pembelajaran kearah tercapainya tujuan pendidikan atau pengajaran itu sendiri. Masalah penelitian ini bersumber dari lingkungan kelas yang dirasakan sendiri oleh guru untuk diperbaiki, dievaluasi dan akhirnya di buat suatu keputusan sebagai suatu solusi dan dilaksanakan suatu tindakan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran tersebut.
2.      Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti, terutama guru (praktisi) melakukan tindakan - tindakan yang berupa intervensi terhadap pelaksanaan kegiatan atau program yang menjadi tugas sehari - hari. Dalam konteks Penelitian Tindakan Kelas, istilah tindakan dipahami sebagai aktifitas yang dirancang dengan sistematis untuk menghasilkan adanya peningkatan atau perbaikan dalam proses pembelajaran dan praktek pendidikan dalam kondisi kelas tertentu Sumarno ( Kasbolah,  2000; 87 dan 88).
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan peneliti yaitu melaksanakan kegiatan tindakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pelaksanaan penelitian terfokus ke dalam proses pembelajaran pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan guru merupakan hasil kesepakatan antara guru dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa.
3.      Data dan sumber Data
Kegiatan observasi dilaksanakan ra guru peneliti dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan sebelumnya.
 Kasbolah ( 2001) : 73 dan 74), mengatakan :
Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian tindakan kelas dapat disejajarkan kedudukannya dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Istilah observasi lebih sering digunakan dalam penelitian tindakan kelas karena data atau informasi yang dikumpulkan adalah data tentang proses berupa perubahan kinerja pembelajaran, walaupun data tentang hasil belajar juga diperlukan. Observasi dikatakan sebagai teknik yang paling tepat pada penelitian tindakan kelas lebih cenderung disebut penelitian kualitatif sehingga datanya cenderung kualitatif
Observasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, dan seberapa jauh proses yang terjadi dapat diharapkan menuju sasaran yang diharapkan. Observasi dalam penelitian tindakan kelas digunakan untuk mengamati proses pembelajaran yang tercermin dari interaksi guru- siswa, interaksi siswa dengan siswa, aktivitas guru, aktivitas siswa dan suasana kelas. Instrumen ini digunakan baik pada waktu identitikasi masalah maupun pada waktu pelaksanaan "action ". Penyusunan pedoman observasi dapat didasarkan pada pedoman pelaksanaan observasi di luar kelas yang dikemukakan oleh Hopkins (1985 ; 1993) maupun Mifflen dalam bukunya "Looking In The Classroom" (1986).
Sumarmo (dalam Kasbolah, 1998 / 1999 : 93 dan 94), mengemukakan sasaran dalam observasi yaitu sebagai berikut : (1) seberapa banyak pelaksanaan tindakan telah sesuai dengan rencana tindakan yang ditetapkan sebelumnya, (2) seberapa banyak pelaksanaan tindakan telah menunjukan tanda-tanda akan tercapainya tujuan tindakan, (3) apakah terjadi dampak tambahan atau lanjutan positif meskipun tidak direncanakan, (4) apakah terjadi dampak sampingan yang negatif sehingga merugikan atau cenderung mengganggu kegiatan lainnya. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan peneliti yaitu untuk melihat hal-hal mana yang harus diperbaiki, diubah, ditambah atau dikurangi bahkan dihentikan bila tidak ada kesesuaian terhadap suasana proses pembelajaran.
4.      Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi peneliti mengingat dan merenungkan kembali segala sesuatu ditemukan pada waktu pelaksanaan pembelajaran lalu ditindaklanjuti dengan kegiatan refleksi dalam bentuk diskusi bersama antara guru staf  sekolah. Tahap ini merupakan kegiatan analisis - sintesis, interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan (Kasbolah, 1998: 74).
Refleksi dilakukan (1) pada saat memikirkan tindakan yang akan dilakukan, (2) ketika tindakan sedang dilakukan, dan (3) setelah tindakan dilakukan. Ketiga konteks kegiatan refleksi ini oleh Killion dan Todnem (dalam Kasbolah, 1998 / 1999 :1Q0) dinamakan reflection for action, reflection in action, dan reflection on action.
Kajian terhadap refleksi ini adalah menelaah apa yang telah terjadi dan tidak terjadi serta menentukan alternatif pemecahannya. Melalui proses refleksi dapat ditarik kesimpulan untuk dijadikan acuan perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran yang diterapkan pada siklus berikutnya.
C.    Lokasi dan Subjek Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di Kelas X APK 2 SMK Sunan Giri Menganti Kabupaten Gresik Tahun Pelajaran 2017/2018. Dasar pertimbangan memilih lokasi subjek penelitian adalah :
1.      SMK Sunan Giri Menganti merupakan lokasi tempat tugas peneliti sehingga memudahkan koordinasi serta pemahaman terhadap situasi dan kondisi setempat.
2.      Kondisi sosial ekonomi siswa, rata-rata siswa yang masuk sekolah ini berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah ke bawah.
3.      Kualifikasi guru, rata-rata guru-guru yang bertugas di SMK Sunan Giri  semuanya sudah berkualifikasi pendidikan S-1, bahkan ada yang  S-2.
D.    Instrumen Penelitian
Teknik pengumpulan data tentang proses pelaksanaan tindakan, pengaruh pelaksanaan tindakan dan untuk mengetahui hasil setelah pelaksanaan tindakan digunakan catatan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri atas :
1.      Observasi, digunakan untuk mengamati proses pembelajaran siswa dan tindakan guru dengan menggunakan metode  Simulasi  pada pembelajaran Pendidikan IPS. Proses pembelajaran yang diamati diantaranya aktivitas siswa .
Prosedur Penelitian Tindakan
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus (Cycle). Setiap siklus tidak hanya berlangsung satu kali, melainkan beberapa kali sampai tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada tahap-tahap dalam siklus dilaksanakan peneliti dan guru sudah melibatkan diri secara aktif dari intensif dalam rangkaian kegiatan penelitian.
Model siklus yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk spiral seperti yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Kasbolah, 1988 : 13) yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan (observe) dan refleksi. Kemudian pada siklus berikutnya kegiatan peneliti pada dasarnya sama, tapi adanya modivikasi dan koreksi pada setiap tahapnya. Siklus kegiatan dapat digambarkan sebagai berikut :
Secara rinci tahap - tahap kegiatan penelitian dalam setiap siklus adalah sebagai berikut :
1.      Perencanaan
Tahapan perencanaan dimulai dengan konfirmasi ide penelitian kepada kepala sekolah dan para guru, terutama guru  mata pelajaran IPS yang kelasnya dipergunakan sebagai penelitian. Setelah diperoleh kesepakatan tentang masalah penelitian, lalu ditindaklanjuti dengan observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas . Kegiatan selanjutnya adalah menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan oleh guru yang meliputi : penyusunan skenario pembelajaran dan persiapan alat - alat observasi yang diperlukan.
Data awal yang diperlukan dalam penelitian ini peneliti melihat langsung dari data hasil ulangan yang sudah terdokumentasi yang ada pada daftar nilai yang diperoleh dari guru mata pelajaran IPS. Tetapi untuk lebih spesifik pada data awal disusun rencana pembelajaran dari pokok bahasan tertentu tetapi belum menerapkan metode Simulasi.
Dari data awal dapat diketahui kondisi siswa di kelas X APK 2. Kemudian peneliti dan rekan guru (observer)  pembelajaran dengan menggunakan metode Simulasi. Kegiatan selanjutnya peneliti menyusun tindakan pelaksanaan penerapan metode sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Rencana tindakan ini peneliti melakukan hal - hal sebagai berikut : Menentukan pokok bahasan yang akan dijadikan bahan penelitian sesuai dengan waktu dan program pengajaran serta sesuai dengan jadwal pelajaran sebagaimana biasanya
Teknik Analisa Data
Teknis analisa data peneliti menggunakan cara dan methode  kual  atau orang sering menyebutnya dengan kualitatif dan di diskripsikan sebagai berikut :
Untuk mengetahui proses pembelajaran IPS di kelas  X APK2 sebelum melaksanakan tindakan peneliti melakukan observasi dan perenungan tentang proses pembelajaran IPS. Observasi ini dilaksanakan pada tanggal 20 Sept 2017  pukul 10:00 - 11 .20 dengan pokok bahasan Pergerakan Nasional Indonesia. Sebelum memulai menyampaikan materi pelajaran inti guru memulai dengan kegiatan awal berupa apersepsi dilanjutkan dengan kegiatan inti dengan mempergunakan metode ceramah serta diselingi dengan tanya jawab dan terakhir guru mengadakan evaluasi.
Data hasil belajar siswa pada kondisi awal pembelajaran IPS tentang Pergerakan Nasional Indonesia diperoleh nilai rata - rata 5,57. Siswa yang mendapatkan nilai 6 atau lebih sebanyak 12 orang atau sekitar 57,14%, dan siswa yang mendapat nilai kurang dari 6 sebanyak 15 orang atau sekitar 42,86%.  Hasil perolehan belajar di atas menunjukan belum memperoleh rata - rata yang maksimal atau kurang dari 80% yang mendapat nilai 6 ke atas. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran peserta didik kurang memahami dan mengerti tentang materi yang disampaikan sehingga dalam menjawab soal-soal evaluasi asal mengisi saja Oleh karena itu penulis mencoba menerapkan metode Simulasi pada pembelajaran IPS sebagai salah satu metode yang tepat dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa untuk lebih memahami atau mengerti dan berpikir kritis dalam menyelesaikan soal-soal IPS serta memotivasi siswa untuk lebih senang pada pelajaran IPS.





INDIKATOR KEBERHASILAN
Menurut WHO, indikator merupakan variabel yang bisa membantu kita dalam kegiatan pengukuran berbagai macam perubahan yang terjadi baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Maka dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti memggunakan motorik halus sebagai sarana mengukur peminatan dan ketertarikan siswa terhadap materi Ips sedangkan peningkatan nilai akademik sebagai ukuran peningkatan prestasi siswa pada materi IPS  dengan methode simulasi
Indikator keberhasilan pada Penelitian Tindakan Kelas ini didasarkan kepada ketentuan sebagai berikut :
1. Kemampuan anak dalam motorik halus dan peningkatan akademiknya dikategorikan berhasil dengan baik minimal 80 %.
2. Kemampuan anak dalam motorik halus dan peningkatan akademiknya dikategorikan sedang apabila hasil mencapai 50%-79%.
3. Kemampuan anak dalam motorik halus dan peningkatan akademiknya dikategorikan kurang apabila hasil hanya mencapai < 50%.


















DAFTAR PUSTAKA

Arbi, Z. S, dan Syahrun, S. ( 2001). Dasar Dasar Kependidikan, Depdiknas.

Depdiknas. (2003). Kurikulum Pendidikan Dasar, UU RI No 20 tahun 2003 tentang SISMKIKNAS, Strategi Belajar mengajar (1991-1992), Metodik Khusus Pengajaran IPS (1995/1996).Jakarta.

Kasbolah,K, ( 2001), Penelitian Tindakan Kelas. Depdiknas.

Moedjiono, dan Dimyanti, M. ( 2001). Strategi Belajar Mengajar. Depdiknas Direktorat Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Moleong, J. L. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Rochmadi, W. N. (1997). Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Jurnal pendidikan No.4 tahun XVI 1997.

Rusyan, T. A. ( 2001).  Learning Of Simulation. CV. Mahardika Jakarta

Semiawan, C. ( 2006). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sumaatmaja, N (2005). Metodologi Pengukuran Ilmu  Sejarah. Bandung : Alumni.

Sumanti,M, dan Permana, J (1998 /1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdiknas.

Syah, M (2002). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sukidin, et aL (2002). Manajemen  Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya : Insan Cendekia.

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2002). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Depdikna UPI.

Usman U. M (1996). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

https://pengertiandefinisi.com › Umum di ambil tanggal 7 okt 2017



Tidak ada komentar:

Posting Komentar