Rabu, 21 Maret 2018

"MURID KOPI" DAN "GURU GULA"



kopi
Murid kopi dan Guru Gula adalah analogi persembahan "amal" anak manusia dalam universitas bumi langit, di kampus kehidupan .

Nuansa nya mengalir bagai air, pemandangannya Indah laksana purnama, dan wujudnya  lembut bagaikan mamiri .
Pengabdian seorang pendidik,terhadap santri dan muridnya  bisa di analogika bagai gula . Sedangkan murid dan orang tua adalah kopi nya.

Jangan keburu memutuskan anak harus mondok sebelum baca : memondokan-anak-itu-ndak-enak.
Seorang pengabdi sedang membuat hidangan kopi.untuk para tamu nya.maka pada proses pembuatan wedang kopi itu (kata orang jawa) akan melahirkan  3 kemungkinan
yang pertama:
Jika rasa kopi terlalu pahit, maka yang dipertanyakan adalah gula mengapa gulanya terlalu sedikit. Kedua, jika rasa kopi terlalu manis,maka  gula juga yang dipertanyakan mengapa gulanya terlalu banyak.

Dan ketiga, jika takaran kopi dan gulanya pas, maka yang mendapat pujian  adalah pembuat kopi  dan tentu saja rasa kopi yang mantap. Muantap (rasa) kopinya, begitu kata sang tamu yang meminum kopi. 

Itulah nasib gula, walau peranya sangat  vital 
(penting) tapi keberadaannya seringkali tidak di perhitungkan. 

Walau wujudnya nyata tapi peran yang diambilnya, sangat halus dan tanpa jejak, sehingga keihklasan sang gula seringkali justru membuat dirinya tidak di kenal. seringkali dirinya tenggelam dalam percaturan mode dan model. Bahkan yang sering terjadi adalah dirinya menjadi "KORNAMIL" korban nasib yang Memilukan.

Kopi Indonesia
Nama gula baru muncul saat peminum terkena imbas dari kecerobohan mereka sendiri, yaitu saat sang peni'mat kopi terkena  diabetes,(misalnya)

Pada saat inilah sang gula sangat terkenal dalam maujud yang tidak positif. yaitu kadar gula yang terlalu tinggi dalam tubuh sang penikmat kopi.





Itulah Gambaran, dan analogi peran, perjuangan dan amal seorang kyai, pendidik, ustadz maupun guru di sekolah dan di pesantren.

Bagi beliau-beliau, yang memeiliki idealis tinggi dalam mendewasakan anak bangsa, melalui pendidikan yang di embanya, maka peran yang di lakukan beliau-beliau ini aksana GULA.

proses pembuatan kopi 1
Maka tidak mengherankan apabila suatu saat terjadi  misalnya saja : Jika ada murid yang nakal, murid yang bodoh maupun murid yang gagal dalam studinya, maka  sang gula lah yang di pertanyakan. " Lha Gurunya bagaimana mendidiknya, Lha kyainya bagaimana, lha ustadznya pripun.?

Itulah rentetan ungkapan dari sang penikmat kopi (orang tua/ masyarakatnya) jika kopi ( murid) nya tidak berhasil (masih berasa pahit).



yang kedua
proses pembuatan kopi 2
Jika Murid ada yang terlalu sukses maka sang guru (gula ) pula yang di pertanyaakan, itu terlalu berlebih sehingga hasilnya kelewat batas.

Yang ke 3 jika Sang kopi ( murid ) pas,(tepat pekerjaannya, sukses dunia nya, baik akhlaqnya dan mengerti terhadap orang tuanya maupun keluarganya) sang Gula ( guru) tidak pernah tersebut dalam (nikmatnya kopi yang mantab karena gulanya sesuai takaran.)

Itulah analogi dan gambaran posisi seorang pendidik anak bangsa, ketekunannya, keteguhannya dan keikhlasanya tidak terpengaruh oleh  "rasa dan keadaan yang ada".

SAAT RASA COPI PAS SELERA
Terus kemana sang Guru (gula) berada?.... mereka ( sang Guru (Gula) sudah larut dalam berputarnya waktu, berlalunya keadaan, dan bergantinya zaman.

Hasil kopi yang pas takaran gulanya
Mereka (sang Guru gula) "menghilang "bersama peran yang di amanahkan Tuhan,

Mereka baru berhenti saat berada di sebuah ujung penantian janji sang Maha Kasih.

Jika janji itu belum Tertunaikan-Nya, maka sang "gula" Masih terus meniti perjuangan mulia,  di setiap jengkal langkah kaki dan di setiap detak nafasnya.

Mereka akan terus menjadi " PE-RASA"kehidupan dunia sebelum menerima "tabungan" sesunguhnya yang di idamkan dan di nantikan-nya.

TIDAK SEKEDAR PENGAJAR

Teruslah berjuang membina ahklaq anak bangsamu Duh hai "SANG GULA" ( Panjenenganipun Poro kyai, para Ustadz Para guru pendidik di sekolah)
di kelas-kelas yang anda kelola saat inilah nasib bangsa dan agama Mulia ini, di pertaruhkan.
Berhentilah menjadi hanya sekedar pengajar..... Mulailah menjadi pendidik  yang memiliki dua dimensi  yaitu  daya gugah dan daya rubah
Wallohu a'lam bhishowab

Pak J.
Praktisi Pendidikan SMK  JAWA TIMUR





Tidak ada komentar:

Posting Komentar