Sabtu, 16 Februari 2019

Huru-hara Cina di Kartasura jatuhnya keraton Kartasura ke tangan kekuatan Cina ( Sunan Kuning)

Rasa Sesal Sunan akibat rusaknya meriam pusaka keraton yang di tengarainya, sebagai tanda akan rusaknya keraton Kartasura.
Hasil gambar untuk sunan kuning semarangTelah mengubah sikap Sunan untuk memperbaiki hubungannya dengan VOC. Peluang tersebut dimanfaatkan baik-baik oleh pihak VOC melalui Ratu Ageng Ibu Suri Pakubuwono 2. 
Bahkan Pakubuwono 2 menyatakan kesungguhannya kepada VOC dengan mengirimkan surat eyangnya yaitu Ratu Pakubuwono 1. kepada dewan Hindia (Raad van indie) isi surat itu adalah harapan dari ratu Eyang agar Sunan pakubuwana 2 diterima kembali sebagai sekutu VOC dengan jaminan Belnada akan terus bebas di Jawa.

Menanggapi harapan tersebut, VOC mengutus komisaris Verijsel menemui Sunan pakubuwana II untuk merundingkan berbagai hal menyangkut hubungan Mataram-VOC sebagai berikut :
  1. Sunan harus mengusir orang-orang Cina berdasarkan artikel 5 dan 11 perjanjian 1646 dan 1677.
  2. Semua orang Jawa yang bersenjata di Tegal, Surabaya, Pasuruan, dan di tempat-tempat lain harus segera dilucuti.
  3. Sunan memperbarui semua perjanjiannya dengan VOC 
  4. Sunan mengakui kebebasan cakraningrat IV sebagai penguasa Madura dan membebaskannya dari keharusan menghadap ke Mataram.
  5. Sudah selesai Sunan menyediakan bahan untuk memperbaiki benteng yang rusak akibat Serangan pihak Cina seperti Rembang, Jepara, Semarang, Tegal, Surabaya, Pasuruan, dan Kartasura.
  6. Apabila Sunan lalai melakukan Pembayaran utang lama dan baru maka ia akan menggantinya dengan jaminan tanah dan hasil hasil buminya dari daerah Tegal, Semarang, Demak, Jepara, Juwana, Rembang, Surabaya, Pasuruan, dan semua tempat di pinggir pantai.
Selain hal-hal yang telah disetujui diatas, Pakubuwono II dituntut agar segera mengirimkan para tawanan dari benteng VOC ke Kartasura ke Semarang.

Sebenarnya Pakubuwono II sangat takut dengan persyaratan yang mengharuskannya menyerahkan para tawanan Belanda kepada VOC itu, karena tawanan itu merupakan sanderanya. Sebagai gantinya, sunan meminta agar VOC mengirimkan pasukan bantuan sebagai pengawalnya, atau suatu komisi yang akan membantu untuk menghadapi agresivitas cakraningrat IV dari Madura.

Permohonan bantuan pasukan itu disetujui oleh VOC dengan pertimbangan bahwa VOC akan terbebas dari intrik-intrik SIN SHE yang mendapat dukungan luas di Jawa dan akan mengetahui rahasia Keraton lebih dalam. Sebagai kompensasinya Sunan akan segera Membangun kembali benteng VOC di Kartasura. Dipihak lain Sunan juga berupaya memberikan pengampunan kepada pemberontak Cina. sementara VOC Berbaikan kembali dengan sunan.

Hasil gambar untuk sunan kuning semarang
Menyaksikan sunan secara terang-terangan meminta rekonsiliasi kepada VOC dan merasa ditinggalkan Jawa dibuang kelompok anti besi tidak tinggal diam Apalagi setelah mengetahui pasukannya kalah dalam menumpas pemberontakan Sunan mengalami krisis kepercayaan bahwa bangsanya tidak lagi mampu mengatasi kesulitan menurut pandangan kelompok Pro Cina Sunan yang defisit itu tidak berarti lagi bagi perlawanan mereka Fatih notokusumo yang pada saat itu bertugas memerangi pemberontakan Cina kemudian Merancang strategi untuk mengakhiri kekuasaan Sunan yang telah menghianati nya pada 15 April 1742.
Cakraningrat IV menentang keinginan VOC agar dirinya tidak memperluas pengaruhnya di wilayah pojok utara Jawa Timur.
Sementara itu, kondisi Pakubuwono II sangat menguntungkan VOC karena sang Sunan sangat takut pada agresivitas cakraningrat IVdi Madura dan kemarahan Ibu Suri akibat rusaknya meriam pasukan keraton yang digunakan pasukan CINA untuk menyerbu benteng VOC di Kartasura.
Mulai pertengahan Maret 1742 pasukan VOC yang dipimpin oleh Johann andries VON HOHENDORF mulai menjalankan tugasnya di Kartasura.

Untuk menghilangkan kecurigaan dan keraguan pada 21 Maret 1742 Sunan mengirimkan Patih Natakusuma untuk memimpin pasukan guna menumpas pemberontakan Cina di Semarang dan Demak.

Karena tekanan Ratu Ageng dan kondisi para bangsawan serta pembesar yang saling bersaing dengan egoisme sedemikian tinggi, Pakubuwono II kehilangan kepercayaan diri sehingga semakin tergantung pada Belanda.

Kelompok anti VOC tidak mampu berbuat banyak terhadap Sunan yang telah berubah pendirian itu. Peranan Ratu Ageng terhadap Sunan berada diluar jangkauan Natakusuma.


Penobatan itu dilakukan atas izin patih notokusuma. Dalam suatu sumber lain disebutkan bahwa Mas Garendi dinobatkan sebagai Sunan di sebuah tratag rambat dengan iringan gending atau lagu Kodok Ngorek. Ia bergelar Sunan Amangkurat Prabu kuning Senopati ing alogo sayidin panotogomo. Dari gelar itulah Mas garendi kemudian lebih dikenal dengan nama sunan kuning.

Setelah penobatannya berlangsung menyebar desas-desus kekuatan sunan kuning di bawah pimpinan Adipati dan Adipati Martapura akan menyerang Kartasura Sunan menjadi semakin kalut ketika mendengar kabar itu yang mendengar berita itu pun berdasarkan rekomendasi hohendorff yang bertugas di Keraton mengirimkan pasukan ke Kartasura sambil mengajukan ketentuan bahwa susunan harus menyerahkan beberapa bangsawan dan Putra pejabat inti kerajaan sebagai sandera.
Gambar terkaitKaum pemberontak dengan tulang punggung pasukan Cina di bawah pimpinan Adipati maguno Neng dari Pacitan dan Raden Martapura dari Grobogan menobatkan Mas garendi, Putra Pangeran teposono menjadi Sunan dengan gelar susuhunan Amangkurat amangkubuwono.


Untuk menghentikan pemberontakan Cina yang meluas di wilayah Mataram setelah mendapatkan bukti-bukti meyakinkan VOC akhirnya menuntut Sunan agar memecat Natakusuma dari jabatannya sebagai batik sesungguhnya Pakubuwono 2 masih merasa melindungi Natal bersama dan berusaha melindungi Natakusuma tetapi adanya kenyataan bahwa natakesuma menjadi dalang pengangkatan Mas garendi sebagai Sunan telah membuatnya kehilangan kesabaran.

Sesuai dengan rencana yang disepakati oleh oleh sunan dan VOC pada 25 Juni 1742 natakesuma yang saat itu berada di Semarang dipanggil ke Loji kemudian ditangkap oleh polisi dan dijebloskan ke dalam penjara pasukan Natakusuma pun kemudian dibubarkan.
Tatkala pihak Kartasura memanggil Natakusuma kembali ia lebih memilih tetap berada di dalam tahanan VOC di Semarang untuk menghindari aksi balas dendam Sunan sementara itu kekuatan sunan kuning dan Cina makin bertambah dengan bergabungnya para penguasa dari Pati Demak Kudus Lasem dan Grobogan.

Dengan ditangkapnya Patih Natakusuma sebagai aktor intelektualnya dua gerakan Pro Cina dan anti VOC pendukung Mas garendi segera merebut Salatiga.
Boyolali 28 Juni 1742 kemudian juga banyu undana 29 Juni 1742 dan weton 30 Juni 1742 dalam serangan itu pakubuwana 2 yang dibantu hohendorff berhasil meloloskan diri dan mengungsi ke Ponorogo Sunan tiba di Ponorogo pada 8 Juli 1742.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar