Sabtu, 29 Februari 2020

KETIKA SOFTSKILL DI TUNTUT DI SEKOLAH

Hasil gambar untuk SOFTSKILLMaka pembentukan dan pengembangan  soft skill  di keluarga saat usia dini bisa di permisalkan dengan blue print.

 

KETIKA SOFTSKILL DI TUNTUT DI SEKOLAH

kerangka kerja terperinci, sebagai landasan dalam pembuatan kebijakan seringkali  di sebut blue print.
Mengapa keluarga?


Karena pengembangan soft skill dan pembentukannya itu mutlak tanggung jawab dari keluarga masing-masing :

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، حَتَّى يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah hingga ia fasih (berbicara). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”

Maka dari sini bisa disimpulkan bahwa sesungguhnya pembentukan karakter soft skill anak didik itu, berangkat nya  dan mulainya dari keluarga dan peran kedua orang tuanya.

Jika hadist diatas menyampaikan  kesucian seorang anak, dan orang tuanyalah yang menjadikan mereka nasrani, yahudi maupun Majusi. Maka menjadi taggung jawab orang tua pula jika ada anak yang  mejadi buruk, menjadi malas maupun menjadi jahat.

Sedangkan sekolah perannya hanya memperkuat soft skill yang berasal dan di terapkan dari rumah mereka.
Jadi kalau ada anak di sekolah berprilaku kurang pada tempatnya sering, misuh di setiap bicara nya,  marah dan berani kepada guru dan angkuh terhadap teman, tidak peduli terhadap teman maupun lingkungan


Susah komunikasi yang sopan, tidak tahan banting dalam pembelajaran dan tugas tugas sekolah, ogah ogahan di kelas, semua itu terjadi  85 % nya menunjukan situasi dan kondisi rumah tangga kedua orang tuanya di rumah. Demikian juga jika ada peristiwa yang terjadi sebaliknya.

                               BLUE PRINT

Mengapa blue print...?


Melukis di air memang mudah tidak segampang melukis di Batu. Tetapi melukis di air pun juga mudah hilang dibandingkan melukis di Batu. Itulah kenapa konsep blueprint diajarkan sejak dini, sejak usia dini di rumah tangga. Semua itu agar anak-anak memiliki karakter yang kuat, mempunyai tauhid  yang tangguh ( semacam melukis di batu) dan semua itu bisa terwujud dengan baik jika berasal dari keluarga yang sehat mental dan harmonis.

Seluruhnya berawal dari keluarga  baik start, proses, pembinaan dan evaluasi nya.

Dengan memahami konsep blue print ini, orang tua tidak mudah memasrahkan dan menggantungkan keseluruhan soft skill anak anaknya pada sekolah,
Terlebih lebih menyalahkan  sekolah jika anak anaknya mengalami masalah serius di sekolah maupun di masyarakat.

Sebab semua itu tanggung jawab utamanya berada pada bapak dan ibu sebagai orang tuanya. Bukan mbah nya, (kakek neneknya) bukan tetangganya apalagi gurunya.

Kesimpulannya Tidak perlu menuntut  keberhasilan soft skill anak anak kita pada sekolah ...sebab sekolah sifatnya hanya menguatkan, memupuk dan mengarahkan karakter apa yang telah menjadi habit atau kebiasaan  dan sesuatur yang diajarkan orang tua di rumah

Disini peran orang tua adalah nomor wahid ( satu) tidak bisa diwakilkan kepada baby sitter atau orang lain.

Intinya rumah tangga bapak ibu menjadi kunci utama baik dan buruknya anak  bapak dan Ibu. Penciptaan rumah tangga yang ramah terhadap perkembangan anak sangatlah di butuhkan untuk pertumbuhan buah hati bapak ibu semua.

sebab
Rumah tangga yang broken inshaalloh 85 % anak anaknya akan mengikuti situasi rumah tangga orang tua nya. Kecuali anak yang dulunya di ajari prinsip hidup yang kuat,  maka mereka akan punya pilihan dan kekuatan bukan larut dalam keadaan.
Wallohu a’lam bishowab
Pak J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar