Selasa, 31 Desember 2019

TANDURAN BUDAYA TRADISIONAL JAWA TIMUR


Hasil gambar untuk KARTOLOBangsa ini aneh, lucu, bahkan sering kali menjadi bangsa yang kagetan.
Sifatnya yang sering kali mementingkan diri sendiri, (mulai hilangnya sifat  gotong royong) terkadang bertindak tidak menempatakan pada porsi yang sebenarnya, terutama sikapnya terhadap tanduran budaya nenek moyang yang sering dinamai budaya tradisional. 


Jika Budaya tradisional di Jawa khususnya maupun di Indonesia pada umumnya di claim pihak asing atau negara lain sebagai budaya mereka, kita seringkali menjadi orang yang mudah kebakaran jenggot. Mati-matian kita membelanya, berbagai upaya kita lakukan, agar budaya tradisional itu, tetap menjadi milik kita. dan semua claim asing terhadap budaya tersebut mentah dan gagal.
Pembelaan terhadap claim asing itu, tidak ada yang salah  dan tidak ada yang keliru. 


Tetapi prilaku dan tindakan yang demikian ini, justru seperti menunjukkan  ketidak pedulian kita sebagai  Bangsa, warga dan petani terhadap tanaman budaya tradisional kita :
Hasil gambar untuk KARTOLO1. Bangsa, ( menempati posisi  sebagai pemilik sah budaya tradisional)
2. Warga (berperan juragan yang menempati posisi sebagai pemodal dan pengguna
     tanaman budaya tradisional).
3. Petani budaya Tradisional  ( Pemerintah, Dinas kebudayaan dan pariwisata ) dengan menggunakan dana dari warga dan wewenang (kekuasaan) mereka memiliki tugas menanam kembali dan merawat, serta menyuburkan tanaman Budaya tradisional bahkan mereka bertindak sebagai pelindung budaya tradisional itu dari “hama” claim asing dan usia senja.

Sebagai bahasan yang lebih mendalam, saya akan mengambil contoh ludruk dan lawakan serta kidungan Kartolo Jawa Timur. Kartolo dan teman teman seprofesinya adalah  figur pelaku budaya. Namun demikian keberadaan nya sering kali, Menjadi tanaman Budaya tradisi yang kurus dan layu. Sebab mereka harus mandiri, menghidupi sendiri, berjuang sendiri dan melawan “musuh “ ( budaya asing) juga sendiri, agar  tetap bisa bertahan hidup.
Dari “kesendiriannya” ini mereka masih harus di tambah lagi dengan menjawab berbagai pertanyaan  dari sebagian warga yang tidak mengenal pemetaan masalah.


Kartolo dan seprofesinya tidak punya kewajiban untuk membuat tanaman budaya tradisional kidungan ini, untuk tetap hidup dan berkembang. Andaikan hilang sekalipun, mereka tidak punya tanggung jawab untuk menemukannya kembali. sebab posisi kartolo dan teman temanya adalah tanaman budaya, mereka sudah berbuat banyak, mereka sudah mengabdikan dirinya, ditempat kidungan itulah tawaf dan sa’i nya, mungkin juga ibadah dan dzikirnya. Mereka tidak memiliki tanggung jawab untuk menyuburkannya karena mereka bukan petani budaya.


Hasil gambar untuk KARTOLOOleh karena nya sangat di sayangkan jika ada pertanyaan, usulan, atau saran supaya bagaimana kidungan tradisional itu tetap eksis?. Sama sekali semuanya itu salah alamat, harusnya saran, usulan dan pertanyaan itu di tujukan kepada petani budaya , yang memang dengan itu mereka ada.

Sebagai tanaman, kartolo dan ludruk maunya di 'peras' untuk  menghasilkan panen yg melimpah, walaupun entah oleh siapa, tetapi sayangnya sang petani tidak pernah memupuk nya, tanaman “diharuskan” hidup sendiri di tengah-tengah kondisi tanah yang sedang tidak bersahabat, (akibat derasnya budaya asing yang di anggap modern. ) di tengah kekeringan air (order pentas) dan sulitnya mencari asupan gizi hanya untuk sekedar bertahan hidup.


Sebagai tanaman Budaya tradisional, kidungan, lawakan, dan ludruk khas Jawa Timur, tidak mungkin tanaman ini, di pindah di tanah yang lebih menjanjikan (sekedar janji) supaya lebih berkembang. Hal ini terbukti, ada pengalaman pahit sebelumnya, yakni ketika tanaman Srimulat di boyong  dan di pindah dilain tanah (di Jakarta,) di sana bukan subur, tapi justru mati. Barangkali Srimulat ingin mencari lahan yang lebih cocok, sayangnya, disana srimulat menjadi layu dan akhirnya mati.
Itulah sebabnya dalam paradigma Figur yang bernama Kartolo (sebagai tanaman Budaya tradisional Jawa Timur), ia tidak tergiur untuk pindah lahan, tidak tertarik dengan indahnya bayangan di lain tempat. walaupun mugkin tawaran tawaran itu tentu ada, mereka tetap konsisten membesar dan membesarkan Jawa Timur.


Tapi...,Untung tidak bisa diraih,kerugian pun tak ada yang bisa menolak, nasib tanaman budaya yang bernama ludruk, lawakan, dan kidungan tradisional itu sampai saat ini masih kurus, layu. Dan barangkali dengan berjalannya waktu,  tinggal menunggu saja saatnya untuk hilang dari bumi warisan Singhasari dan Majapahit ini.

Mengapa?
Gambar terkaitKarena petaninya tidak di ketaui entah kemana? barangkali mereka sibuk mencatat jenis jenis tanaman Budaya tradisional yang ada, tapi lupa bahwa. Budaya tradisional ini bisa tetap hidup jika  di rawat, di airi, di pupuk dan di jaga dari wabah penyakit claim orang asing. 

Secara umur tanaman budaya tradisional yang menginternal dalam wujudnya sebagai kartolo dan istrinya atau lainnya,sudah  mulai senja? Itu artinya mereka pun akan menempati tempat yang tidak lagi di posisi tanaman budaya. Lalu.... kalau kondisi itu datang, Apa yang akan engkau lakukan wahai  pak tani untuk tanaman Budaya ini,?
Masih belum cukupkah kejadian di masa lalu dan sebelumnya menjadi pelajaran penting buat kita semuanya?. Bahwa di tanah dan lahan Jawa Timur ini sudah tidak terhitung jumlahnya, budaya-budaya tradisional dan figur figurnya yang kurus, layu bahkan bergelimpangan karena tidak terurus dengan baik oleh dirimu.?


Tidak ingatkah kau pak tani, bahwa  dana yang dititipkan oleh warga, kepadamu (uang pajak) dan amanah untuk mengurus tanaman itu (Kekuasaan) keduannya untuk memelihara keberlangsungan tanaman budaya yang bernama tradisional itu diantaranya.
Hasil gambar untuk ludruk kartoloMengapa engkau sebagai petani yang di titip-i dana, pupuk dan  vitamin dari warga, seolah olah engkau hanya diam  tak bersuara, berhenti tak bergerak ?. dan lunglai tak berdaya?
Apakah engkau hanya masih sibuk sebagai pencatat  jenis tanaman tapi engkau lupa kewajibanmu ? segera bangkit untuk merawat mereka, sebelum semuanya di nyatakan terlambat. Sebelum semua nya di claim sebagai milik asing dan sebelum mereka menghilang dari bumi Warisan peradaban besar yang kini mengejawantah menjadi NKRI ini.
pak J
Guru Smk Sunan Giri Gresik Menganti




Tidak ada komentar:

Posting Komentar