Rabu, 16 Agustus 2023

MERDEKA di BAWAH TUNTUTAN POSITIF THINKING TERHADAP PENGUASA

 



Merdeka adalah hasil dari  sebuah janji dari suatu perjuangan, jika perjuangan itu mengusir penjajah dari negeri ini maka janji kemerdekaan itu, adalah terbebasnya, masyarakat dari tekanan  para penjajah, dan mulainya masyarakat itu mengurus dirinya secara mandiri.menentukan arah hidupnya dengan tenang nyaman dan tanpa gangguan penjajah lagi.

Jika perjuangan itu, adalah mengantarkan seseorang menjadi pemimpin negeri ini, maka kemerdekaanya adalah terbebasnya  masyarakat dari belenggu kekejaman pemimpin itu, hidupnya terayomi, ekonominya terlindungi, kepentingan masyarakatnya dan kebutuhan terpenting masyarakatnya terpenuhi, masyarakat tak perlu di himbau untuk husnudzon, dengan kebijakan sang pemimpin, masyarakatnya tak perlu harus berpositif thinking terhadap keputusan keputusan yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Karena mereka percaya bahwa apa yang di perbuat pemimpinnya adalah baik baginya, semua untuk keberhasilan masyarakatnya bukan keberhasilan dirinya, keluarganya dan kelompok nya. Apalagi hanya anggota partainya.


masyarakat tak perlu,harus curiga uang rakyat di habiskan untuk foya foya, masyarakat tak harus berdemo menurunkannya, memintanya legowo meninggalkan istana, karena sang pemimpin nya jujur, visioner,sholeh dan  paham terhadap aturan agama yang dianutnya.

Jika ada pemimpin yang ingin memenuhi janji kemerdekaan bagi masyarakat yang telah memilihnya, mempercayakan amanahnya, dan menggantungkan nasib bangsa dan negara ini kepadanya, lantas sang pemimpin masih meminta rakyat untuk tunduk pada kekuasaan nya, patuh terhadap keputusan keputusan dan MEMINTA masyarakat Berpositif Thingking terhadap apapun kebijakan yang di hasilkanya, maka Dia adalah pemimpin untuk masyarakat nya yang berwatak penjajah terhadap bangsanya.

Secara psikis masyarakat agrais seperti yang mayoritas hidup di negeri ini, mereka memiliki jiwa tunduk tanpa di mintanya, memiliki rasa positif Thingking tanpa di himbaunya. Dan memiliki kekuatan rasa membela tanpa batas, terhadap sang pemimpin yang jujur.visioner dan sholeh. Karena mereka sangat paham bahwa pemimpin yang memiliki JVS ( Jujur, Visioner, Sholeh) semua yang di lakukannya akan di baktikan terhadap masyarakatnya, rakyatnya dan bangsanya. Bukan untuk dirinya, keluarganya, dan kelompoknya semata


Berbicara positif thinking, bangsa ini sudah sangat teruji dalam melakukannya, prilaku itu,seakan sudah menyatu dengan aura jiwa mereka. Bahkan positif thinking terhadap pemimpin itu sudah di mulai sebelum himbauan untuk melakuakan itu di HIMBAUKAN



Saat sang petani  menanam padi dan mereka  susah cari pupuk, kalau ada, harganya pun mahal mereka sudah positif thinking. Mungkin rezim lagi bingung. Bagaimana mengelola pupuk yang baik. Sehingga harga pupukpun tidak mampu mereka kendalikan.

Dan ketika petani mengalami saat panen raya, di desa desa, Rezim dengan sangat rajin nya  impor beras  mereka pun positif thinking.  Terbukti nyaris tak terdengar mereka melakukan protes seperti mahasiswa.
mereka positif thinking dengan memilih  hidup Qona’ah ( terimo ing pandum)

 

Saat anak anak kita butuh pekerjaan nyaman dan tetap di perusahaan, rezim pun keluarkan kebijakan yang sangat meresahkan untuk kaum pekerja Indonesia dengan judul outsourcing merata seluruh Indonesia. Akibatnya anak anak dan kaum pekerja mengalami ni’mat dalam sengsara karna setiap 3 bulan sekali mereka harus rela di depak dari industry atau dengan rasa kekalahan mereka harus mengundurkan diri

Dan jika mereka ingin kembali di tempat itu untuk bekerja, mereka harus rela  bikin lamaran kerja lagi...

Mereka pun juga positif thinking. Mungkin  rezim lagi cari pola untuk masyarakat nya, agar ada aturan yg jelas dan lebih tertata.


Outsoursing di protes masyarakat kemudian muncul yang Namanya Omnibuzlow. Dengan omnibuzlow ini rezim  mencoba menarik semua peraturan di samakan perlakuannya  dalam satu payung, walau hal itu sesungguhnya sesuatu yang tidak mungkin, akibatnya, nakes dan buruh demo besar besaran, 10 agustus kemarin, walau tidak ada respon (nggak di reken) oleh rezim . Kita positif thinking, wow mungkin Bapak kita, lagi pusing memikirkan negara, makanya saat ada demo dia  tinggalkan pendemo dan memilih menghibur diri bersama artis ibu kota. (ini beritanya : Saat Ribuan Buruh Demo Omnibus Law Cipta Kerja, Presiden Jokowi Menjajal Kereta LRT Bersama Artis. )

 

Saat Kemendikbud menekankan BKK SMK (Bursa Kerja Kusus) adalah ujung tombak output lulusan SMK. Yang dengan info pusat ini, crew BKK berusaha keras bermitra dengan industri agar lulusan nya punya pekerjaan.

Di saat itu pula, saat pandemi covid puluhan ribu naker aseng yang bukan tenaga ahli, datang dengan aman di Indonesia,saat itu masyarakat kita di lockdown. Kita juga positif thinking...

Wow lulusan kita susah cari kerja, karena ada tambahan competitor warga negara aseng, barang kali bapak kita ini, bermaksud supaya anak anak jadi entrepreneurship.

Saat salah satu guru mengkritik kebijakan pemimpin nya, di grup MGMP, berharap ada perubahan Kebijakan nya, sebagian anggota grup bilang, ini grup MGMP bukan grup politik, kalau politik silahkan ke yang lain.

Padahal kita semua tau bahwa kebijakan yang di terima guru di ruang ruang kelas mereka, termasuk gajinya yang diterima setiap bulannya,tunjangan TPP yang menyertainya, semua muncul karena hasil kebijakan politik mereka.

Tapi masyarakat  juga positif thinking.Mungkin, kita para guru ndak harus ngerti politik, yang penting ngajar saja, Modul ajar lengkap, Tunjangan Cair( bagi yang dapet) dan gaji tiap bulannya lancar sudah lebih dari cukup.biar beban guru ndak tambah berat.

Kurikulum di buat merdeka , tujuannya supaya guru enjoy dalam bekerja dan murid  menikmati dalam belajarnya, tapi praktek di lapangan guru tetap saja kawulo manut yang kemerdekaannya pun selalu di  angan angan. Beban kerjanya tak berkurang  terus apa maksudnya MERDEKA?

Tujuhpuluh depan tahun merdeka ,saatnya guru bangkit paham politik rakyat melek politik, agar kita tidak lagi menjadi  sapi perahan mereka.( manusia  maupun Partai) yang seakan membela nasib kita, tapi sesungguhnya mereka hanya kelelawar penghisap darah  bangsa nya, mereka tak lebih pengangguran yang mencari tempat kerja dari rakyatnya (DPR)  setelah mereka jadi mereka selalu meminta kita memakluminya dan terus menghimbau positif thingking kepada kebijakan mereka.

Saatnya  Menghapus PARTAI  POLITIK yang hanya  menghisap kekayaan bangsa,  bangkit seperti Drakula. Hapus mereka  dari negeri tercinta  dengan cara mengalihkan pilihan kita.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar